19.12
firedeaus
- Duryodana, anak Dhrtarastra, memiliki seorang putri yang bernama
Laksmana. Duryodhana mengadakan upacara svayamvar (sayembara) untuk
Laksmana sehingga putrinya itu dapat memilih suaminya sesuai dengan
pilihan sendiri. Dalam svayamvara Laksmana, Samba muncul. Samba adalah
putra dari Shri Krishna dengan Jambavati, salah satu istri Krishna.
Samba adalah seorang putra yang terkenal sangat buruk/nakal, dan dia
selalu tinggal dekat dengan ibunya. Dalam swayamvar tersebut, Samba
sangat menginginkan putri Duryodana, namun Laksmana tidak mau memilih
Samba dalam swayamvar. Oleh karena itu Samba menculik Laksmana.
- Karena
Laksmana diambil paksa, semua anggota dinasti Kuru antara lain
Dhrtarastra, Bhisma, Widura dan Arjuna, berpikir bahwa ini merupakan
penghinaan terhadap tradisi wangsa Bharata. Mereka semua tahu bahwa
Laksmana sama sekali tidak cenderung untuk memilih dia sebagai suami dan
bahwa dia tidak diberi kesempatan untuk memilih suaminya sendiri. Oleh
karena itu, mereka memutuskan bahwa Samba harus ditangkap dan dihukum
atas perbuatannya itu. Dinasti Kuru, terutama para pejuang besar,
bergabung bersama-sama untuk memberi pelajaran kepada Samba dan Karna
diangkat menjadi komandan dalam pertempuran kecil ini.
- Sementara
rencana untuk menangkap Samba sedang berlangsung,
pertimbangan-pertimbanganpun muncul diantara para tetua Bharata, mereka
berpikir bahwa dengan penangkapan Samba, para anggota dinasti Yadu
(Yadawa) akan sangat marah. Ada kemungkinan Yadawa sependapat dengan
kita dan menyerahkan Samba. Tapi mereka juga bisa berbalik berperang
melawan kita untuk menyelamatkan Samba. Dan kita harus siap dengan
pertempuran itu.
- Setelah berkonsultasi dan mendapat
izin dari para tetua dinasti Kuru, seperti Bhisma dan Dhrtarastra, enam
prajurit besar - Bhisma, Karna, Sala, Bhurisrava, Yajnaketu dan
Duryodana. Semua maharathi itu dipandu oleh pejuang besar Bhisma,
berusaha menangkap Samba. Samba juga adalah maharathi, tapi ia sendirian
dan harus berperang melawan enam maharathi dari Hastinapura. Ia tidak
gentar ketika berhadapan dengan semua pejuang besar dinasti Kuru yg
ingin menangkapnya. Ia menghadap ke arah musuh dan mengambil busurnya,
berpose persis seperti singa, berdiri sendiri menghadapi hewan lain.
Karna memimpin pasukan, dan dia menantang Samba. Segera setelah Samba
menerima tantangan dan berdiri sendirian, ia dihujani anak panah oleh
semua prajurit besar. Sebagai seekor singa yg tidak pernah takut
dikejar-kejar oleh banyak serigala, Samba sebagai putra Krishna, putra
dari dinasti Yadu yg diberkahi dengan potensi tak terbayangkan, menjadi
sangat marah kepada para pejuang dinasti Kuru. Pertama-tama, ia
memanahkan 6 anak panahnya ke setiap 6 kereta perang. Setiap empat anak
panah digunakan untuk membunuh 4 kuda disetiap kereta perang. Satu panah
digunakan untuk membunuh setia sais kereta dan satu anak panah mengarah
ke Karna dan ke yg lainnya. Pertarungan begitu sengit, Samba seorang
diri bertempur melawan enam prajurit besar. Bahkan di tengah-tengah
pertempuran, mereka terus terang mengakui kehebatan Samba. Singkat
cerita, dengan susah payah dan pertarungan berat, Samba yang kehilangan
keretanya akhirnya tertangkap. Dengan demikian, para pejuang dinasti
Kuru memperoleh kemenangan dan berhasil merebut kembali putri mereka,
Laksmana dan dibawanya kembali ke kota Hastinapura.
- Rsi
swargaloka yang bijak yaitu Narada segera membawa berita ke dinasti
Yadu bahwa Samba ditangkap dan menceritakan seluruh kejadiannya. Para
anggota dinasti Yadu menjadi sangat marah karena Samba ditangkap, dan
tidak benar Samba seorang diri melawan enam prajurit besar. Dengan izin
dari raja dinasti Yadu, Raja Ugrasena, mereka siap untuk menyerang
ibukota Hastinapura. Balarama tidak setuju akan adanya peperangan dua
dinasti besar, dinasti Kuru dan dinasti Yadu. Dengan alih-alih mendukung
peperangan tersebut, " Dia berkata, " biarkan Aku pergi ke sana untuk
melihat situasi , dan biarkan Aku mencoba untuk melihat apakah
pertarungan besar ini dapat diselesaikan dengan saling pengertian. " Ide
Balarama adalah jika dinasti Kuru bisa dibujuk untuk melepaskan Samba
dan Laksmana, maka pertempuran bisa dihindari. Karena itu ia segera
menaiki keretanya untuk pergi ke Hastinapura, didampingi oleh brahmana
serta oleh beberapa tetua dari dinasti Yadu. Ia yakin bahwa para tetua
dinasti Kuru akan menyetujui pernikahan ini dan menghindarkan
pertempuran. Ketika Balarama sudah berada disekitar kota Hastinapura, ia
tidak masuk ke kerajaan, tetapi ia tinggal disebuah kamp di luar
ibukota kerajaan. Kemudian ia memerintahkan Uddhava untuk bertemu dengan
semua orang-orang penting Dinasti Kuru, termasuk Bhisma, Dhrtarastra,
Dronacarya, Duryodhana dan Bahlika.
- Para pemimpin
dinasti Kuru, terutama Dhrtarastra dan Duryodana, sangat gembira
mendengar berita bahwa Balarama berada di Hastinapura dan bergegas
mengambil semua perlengkapan penyambutan. Mereka menyambut Balarama
dengan memberinya sapi-sapi dan Arghya (benda-benda seperti air suci,
madu, mentega, bunga, karangan bunga dan wangi-wangian). Dan ketika
formalitas penyambutan tersebut selesai, Balarama dengan suara besar,
tegas & nada memerintah menyampaikan maksud kedatangannya. "Hari ini
saya datang sebagai utusan Raja Ugrasena. Raja Ugrasena tahu betul
bahwa prajurit dari dinasti Kuru telah bertempur dengan Samba yang
sendirian. Kami semua telah mendengar kabar itu, tapi kami tidak
tersinggung karena kerajaan kita memiliki hubungan yang erat, dan kami
tidak berniat untuk mengganggu hubungan baik kita. Kita harus terus
bersahabat tanpa adanya pertempuran yang dirasa sangat tidak diperlukan.
Oleh karena itu, kami memohon untuk segera membebaskan Samba dan
biarkan dia membawa serta Laksmana. " Ketika Balarama berbicara dengan
nada seperti itu, ia tidak dihargai oleh para pemimpin dinasti Kuru.
Sebaliknya, semua dari mereka menjadi gusar dan marah besar dengan
mengucapkan kata-kata menghina. Meskipun Balarama terlihat sabar
mendengar kata-kata hinaan dan hanya mengamati perilaku tidak sopan
mereka, tetapi dilihat dari raut mukanya itu jelas bahwa ia terbakar
amarah dan berpikir akan membalas. Gerak-gerik tubuhnya menjadi begitu
gusar. Ia tertawa sangat keras dan berkata : " Memang benar bahwa jika
seseorang akan menjadi terlalu sombong karena keluarga, kemewahan,
kejayaan dan kemajuannya, dia tidak lagi ingin hidup damai tetapi
menjadi congkak terhadap orang lain. Karena kemewahan materi seseorang
menjadi persis seperti binatang. Sebenarnya aku ingin menyelesaikan
masalah ini secara damai meskipun semua anggota dinasti Yadu marah &
ingin berperang, termasuk Krishna sendiri. Mereka bersiap menyerang
seluruh kerajaan dinasti Kuru, tapi aku menenangkan mereka dan mengambil
jalan yg sulit untuk datang ke sini menyelesaikan urusan ini tanpa
pertempuran." Ternyata dinasti kuru masih bersikap seperti ini! Hal ini
jelas bahwa mereka tidak ingin penyelesaian damai dan dengan bangga
mereka telah berulang kali menghina dinasti Yadu dengan sebutan yg tidak
pantas.
- Sudah jelas sekarang bahwa para pemimpin dari
dinasti Kuru telah menjadi sombong atas harta duniawi dan kemewahan.
Oleh karena itu, pada saat ini juga, aku akan menghapus seluruh jejak
dinasti Kuru. Aku akan menghabisi kalian segera ! " Sementara berkata
seperti itu, Balarama tampak begitu sangat marah dan tatapannya
seakan-akan membakar alam semesta menjadi abu. Ia berdiri kemudian dan
mengambil senjatanya (bajak) dan mulai mencolok bumi dengan senjata itu.
Dengan cara ini seluruh kota Hastinapura dipisahkan dari bumi. Balarama
mulai menyeret kota menuju air yang mengalir dari sungai Gangga. Gempa
besar terjadi dan Hastinapura mulai dihancurkan.
- Ketika
semua anggota dinasti Kuru melihat kotanya akan jatuh ke dalam Sungai
Gangga dan mendengar rakyatnya berteriak-teriak dalam kecemasan besar,
tanpa menunggu sedetik pun mereka langsung membawa Laksmana dan Samba
kehadapan Balarama. Semua anggota dinasti Kuru menghadap Balarama dengan
mencakupkan tangan hanya untuk mengemis pengampunan kepada Shri
Balarama. Mereka berkata "wahai Yang Agung mohon mempertimbangkan kami,
belas kasihanilah kami yang bodoh ini. Apapun yg Anda lakukan merupakan
suatu bentuk hukuman bagi kami yg hina ini. Kami menyembah Anda wahai
Yang Agung. Sekarang kami benar-benar berserah diri kepada Anda. "
Ketika anggota terkemuka dari dinasti Kuru, kakek Bhisma, Arjuna,
Duryodana dan yg lainnya, Balarama segera melunak dan meyakinkan mereka
bahwa tidak ada alasan untuk takut dan khawatir.
- Kami
dengan senang hati menyerahkan putri kami untuk Samba dan akan
menikahkan mereka dengan penuh kemegahan. Untuk pertama kalinya dinasti
Kuru memberi 1.200 gajah, yang masing-masing berusia enam puluh tahun,
10.000 kuda, 6.000 kereta emas dan 1.000 dayang kerajaan yang dihiasi
emas berkilauan. Balarama, sebagai salah satu anggota yang paling
dihormati dari dinasti Yadu, bertindak sebagai wali dari mempelai
laki-laki dan sangat senang menerima mahar tersebut. Balarama sangat
puas setelah penerimaannya yang megah itu dari dinasti Kuru. Disertai
dengan pasangan yang baru menikah, ia kembali Dvaraka.Balarama dengan
penuh kebanggaan & kemenangan sampai di Dvaraka, ia bertemu dengan
rakyat-rakyat dan semua teman-temannya. Ketika semua berkumpul di
balairung istana, Balarama menceritakan seluruh kisah tentang pernikahan
Samba & Laksmana, dan mereka tercengang ketika mendengar bagaimana
Balarama telah membuat kota Hastinapura bergetar.
- Hal
ini dibenarkan oleh yogi besar Sukadeva Gosvami bahwa situs Hastinapura
sekarang dikenal sebagai New Delhi dan sungai yang mengalir melalui kota
itu disebut Yamuna, meskipun pada masa itu dikenal sebagai Sungai
Gangga. Jiva Gosvami itu juga menegaskan bahwa Sungai Gangga dan Yamuna
adalah sungai yang sama namun Yamuna mempunyai jalur yang berbeda.
Bagian dari Sungai Gangga yang mengalir melalui Hastinapura ke daerah
Vrndavana disebut Yamuna. Bagian lereng dari Hastinapura (New Delhi)
yang menuju Yamuna akan tergenang air saat musim hujan dan mengingatkan
setiap orang bahwa dahulu kala Balarama pernah menyeret dan melemparkan
kota tersebut ke Sungai Gangga.
0 komentar:
Posting Komentar