Senin, 04 Agustus 2014

Karna adalah putra Dewa Surya dan Kunti. Ia lahir karena Kunti mengucapkan mantra pemanggil dewa, dan yang ia panggil Dewa Surya. Untuk menghilangkan aib, Kunti "membuang" Karna ke sungai. Bayi Karna ditemukan oleh kusir Hastina, Adirata, dan sejak itu Karna diadopsi menjadi anak Adirata. Beranjak dewasa ia mencari guru memanah, ditolak oleh Drona ia tidak putus asa, ia pun berguru pada Parasurama, walaupun harus berbohong bahwa ia keturunan Brahmana.
Waktu berlalu dan Karna sudah menjadi pemanah yang sebanding dengan Arjuna. Dan Parasurama pun mengetahui kalau Karna sebenarnya adalah putra kusir kuda atau Sutaputra. Parasurama pun mengutuknya, jika ia lupa akan ilmunya, disitulah maut akan menjemput.
Ketika Hastinapura mengadakan kompetisi para murid Drona, Karna ingin ikut serta, tapi semua orang menolaknya karena keturunannya. Karna pun protes karena ia beranggapan jika kemampuan setiap orang tidak bisa dibedakan berdasarkan keturunan. Tapi Duryudana pun mengangkat Karna menjadi raja di Angga, yang menjadikannya naik kasta, ia pun dapat bertanding dalam kompetisi. Dan dalam kompetisi itu, Kunti pun tahu bahwa penantang baru itu adalah anaknya, Karna.
Karna tidak mengetahui siapa orang tua yang sebenarnya. Ia hanya tahu, ia anak kusir kuda. Namun ketika Krishna menjadi duta Pandawa ke Hastina, ia diberitahu bahwa ia adalah putra Kunti. Dan ketika Kunti mengajaknya bergabung dengan Pandawa, Karna menolaknya. Dengan alasan, ia menjadi seperti sekarang ini atas kebaikan hati Duryudana, dan ia harus membalas budi kepada Duryudana.
Ketika perang Kurusetra berkecamuk, ia memihak Kurawa sebagai balas budinya kepada Duryudana yang telah mengangkat derajatnya. Ia memiliki andil besar dalam perang. Ialah yang membunuh Gatotkacha. Pada perang hari ke 15, Karna yang sudah berpangkat jenderal dalam perang Kurusetra, berperang melawan Arjuna. Ia menaiki kereta perang dengan kusir Raja Shalya dari Madra. Saat roda keretanya terperosok kedalam lubang, ia mendorong roda keretanya itu. Krishna pun meyakinkan Arjuan ini saat yang tepat mengakhiri riwayat raja Angga itu. Dan benar saja, panah Arjuna menancap di leher Karna. Sebelum tewas, ia masih sempat bertemu dengan Kunti, ibu kandungnya, Radha, ibu tirinya, dan Vrishali, istrinya. Kunti pun memberi tahu jika Karna sebenarnya adalah saudara tertua para Pandawa. Kelima Pandawa pun masih sempat menyentuh kaki Karna untuk memberikan kehormatan kepada kakak tertua mereka itu.
Karna pun gugur sebagai pahlawan. Ia pantas disebut tokoh anti diskriminasi. Karena mottonya adalah setiap orang bebas memiliki kemampuan lebih tanpa memandang dari kasta mana ia berasal.
sesampainya di Kandawaprastha,, Drupadi melakukan persembahan kepada pertiwi. seketika langit menjadi gelap dan petir menyambar2. ternyata ini adalah ulah Taksaka yang tidak senang dengan kehadiran manusia di wilayahnya. masih dalam kebingungan,, tiba2 rombongan Pandawa dikejutkan dengan serangan ribuan ular ilusi yang diperintahkan Taksaka untuk menggigit siapa saja. Pandawa berusaha melindungi rakyatnya dengan menyingkirkan ular2 itu,, bahkan Drupadi turut mengangkat senjata. lalu dari dalam tanah muncul seekor ular raksasa berkepala tujuh yang merupakan jelmaan Taksaka. Arjuna mengambil busur dan menembakkan anak panahnya yg mengenai dada dari salah satu badan ular,, ular berkepala tujuh itu pun menampakkan wujud asli Taksaka. karena telah terluka Taksaka kembali masuk ke dalam hutan maya. setelah kepergian Taksaka serangan ular pun berhenti. Pandawa dan Drupadi tertegun melihat sekelilingnya yang porak poranda. tubuh rakyatnya bergelimpangan,, perabotan yang dibawanya pun hancur berserakan. Drupadi yg gusar mendesak Pandawa agar mencari solusi untuk situasi ini. Arjuna meminta bantuan dari dewa Agni utk menghancurkan ilusi yg telah diciptakan Mayasur tanpa merusak hutan dan seluruh isinya termasuk pasukan ular Taksaka,, karena hanya ular2 tersebut yg bisa menyembuhkan rakyat mereka. Arjuna menembakkan panah ke langit tepat di atas hutan, kemudian terjadi ledakan di langit dan tercipta bola api yg berjatuhan membakar ilusi hutan tsb. di dalam hutan,, Taksaka yg terluka parah memanggil dewa Indra dan menagih janjinya utk melindungi wilayahnya. dewa Indra pun muncul dihadapan Pandawa dan memperingati Arjuna bahwa daerah tersebut adalah dalam perlindungannya,, dan rombongan pandawa diminta pergi dari sana. namun Arjuna menolak. dewa Indra menjadi marah dan menciptakan hujan untuk memadamkan api dewa Agni. Arjuna pun mencegah tetesan hujan mencapai hutan dengan menciptakan lapisan api di atas hutan yang menguapkan seluruh tetesan air yg diturunkan dewa Indra. Taksaka meminta dewa Indra mengeluarkan senjata Vajra. Mayasura yg tidak suka dgn perselisihan ini memilih pergi meninggalkan Taksaka. dewa Indra melemparkan sebongkah batu raksasa ke arah Arjuna yg kemudian meledakkan batu raksasa itu menjadi ribuan batu yg berjatuhan ke bumi. beberapa batu tersebut mengenai Arjuna dan menimbunnya. namun Arjuna segera bangkit dan kembali menantang dewa Indra. dewa Indra yg semakin marah akhirnya mengeluarkan senjata Vajra dan melontarkannya ke arah Arjuna. Arjuna yg tak gentar sedikitpun membalas dengan melepaskan anak panah dari busur saktinya. namun tiba2 datang sebuah senjata yang melenyapkan kedua senjata yang hampir saja beradu. ternyata senjata itu adalah Cakra Sudarsana milik Basudewa Krisna
ya.. Krisna telah datang untuk menengahi pertempuran,, Krisna turun dari keretanya dan berjalan menuju Arjuna dengan senyum khasnya..
dan cerita pun berlanjut...
Krisna datang menengahi perselisihan antara Arjuna dan Dewa Indra. Dewa Indra tidak mau mengalah karena telah berjanji untuk melindungi wilayah tersebut. namun Krisna mengatakan bahwa Pandawa dan rakyat tidak bermaksud untuk mengganggu ketentraman bangsa ular. Dewa Indra pun mengambil wujud seukuran manusia dan datang kehadapan Krisna dan Arjuna dan mengatakan bahwa tantangan Arjuna telah membuatnya marah. Krisna menenangkan Dewa Indra dgn mengatakan bahwa Arjuna bukannya menantangnya namun ingin memperlihatkan keahliannya akan seni dan perang yg telah diwarisinya dr dirinya sendiri. mendengar hal ini Dewa Indrapun terkesan dan bersedia memenuhi permintaan Arjuna. sebelum mengajukan permintaan,, Arjuna mengucapkan janjinya bahwa ia berjanji akan bersedia hidup damai berdampingan dgn bangsa ular. setelah mengucapkan janji,, Arjuna mengajukan sebuah permintaan agar Dewa Indra mendirikan sebuah kota untuk mereka. sambil tersenyum bangga, Dewa Indra menyetujui hal ini dgn meminta bantuan dari Mayasura sang ahli ilusi. Taksaka yang mendengar hal ini sangat marah dan bersumpah untuk membunuh keturunan terakhir dari Arjuna.
setelah kepergian Dewa Indra,, pasukan ular mendatangi tubuh rakyat yang bergelimpangan dan menarik kembali bisa racunnya. setelah racun keluar dr tubuh mereka, rakyat kembali hidup seperti sedia kala. di hadapan Arjuna dan Krisna,, Mayasura muncul dan meminta maaf. Krisna pun memaafkan dan memberikan sedikit nasehat kpd Mayasura. Mayasura berterimakasih krn telah dimaafkan dan berjanji akan membantu Pandawa di kemudian hari.
setelah Mayasur menghilang, Krisna menyuruh Arjuna utk minta bantuan Dewa Agni utk memadamkan api. setelah mengucapkan pujian kpd Dewa Agni,, seketika api padam,, Dewa Agni pun mucul di hadapan Arjuna dan Krisna. Dewa Agni merasa sangat puas dgn apa yg dilakukan Arjuna krn telah diberi kesempatan utk memurnikan sesuatu (dlm hal ini hutan ilusi). oleh krn itu Dewa Agni memberikan sebuah senjata kepada Arjuna. senjata itu berupa busur sakti yang mampu meningkatkan kekuatan Arjuna,, busur itu bernama Gandiva. setelah menerima sembah sujud Arjuna, Dewa Agni menghilang.
rakyat merasa gembira karena telah diberi kehidupan kembali,, belum selesai mengungkapkan kegembiraannya,, rakyat bersama Pandawa Drupadi dan Krisna dikejutkan dengan sesuatu. tiba2 seperti muncul dari dalam tanah dgn sendirinya,, mencuat bangunan2 yang membentuk sebuah Kerajaan. semua orang melihatnya dengan terkagum2. dlm sekejap mata di depan mereka telah berdiri sebuah kota yang indah dan istana yang sangat megah dengan kepala singa sebagai simbolnya. Indraprasta, kota tersebut dinamai,, sebagai bentuk terimakasih kpd Dewa Indra. berita ini pun menyebar luas dgn segera. rakyat meluapkan kegembiraannya dengan bersorak2. namun ada satu yang tidak ikut dlm kegembiraan tsb, ialah ayah Vrushali (lupa namanya) yang kebingungan krn tidak menemukan anaknya dimanapun. ternyata Vrushali,, setelah terjun dari tebing karena menghindari gigitan ular,, terdampar di pesisir pantai di wilayah Hastinapura dan ditemukan oleh Adirata ayah Karna. Vrushali dibawa ke rumah tabib. setelah siuman Vrushali menangis menceritakan bahwa rombongan mereka diserang ular dan tidak ada yg selamat. namun tabib menyampaikan berita gembira bahwa semua rakyat yg digigit ular telah selamat. Vrushali merasa gembira dan ingin segera kembali ke Indraprasta. Vrushali pergi ke kota dan ikut bergabung dengan rakyat lain yg hendak pergi ke Indraprasta. Duryudana yg sedang berada di kota merasa tidak senang melihat hal ini,, krn hampir seluruh rakyat Hastinapura ingin pindah dan kota hampir kosong. Duryudana dan Sengkuni pun membuat rencana.
di dalam istana,, Raja telah mendengar kabar berdirinya Indraprasta. Widura mengingatkan janji Raja untuk mengirimkan dua ribu sapi dan koin emas untuk kerajaan yg baru saja terbentuk. Sengkuni yg baru datang memberikan sindiran bahwa Duryudana bersedia mengirimkan lebih banyak sapi dan koin emas tapi tidak rakyatnya. Raja yg mengerti arti sindiran Sengkuni mengeluarkan pengumuman agar tidak ada lagi rakyat yang diperbolehkan pindah. Karna pun ditugaskan untk menjalankan perintah ini.
di gerbang istana,, rakyat meninggalkan kota dalam barisan yang rapi dan teratur. tiba2 terdengar seruan Karna untuk menutup gerbang istana. rakyat pun buru2 ingin cepat melintasi gerbang. terciptalah keributan di gerbang istana. rakyat berdesak2an,, banyak yg jatuh dan terinjak. saat gerbang hampir menutup,, Karna melihat seorang anak kecil yg terpisah dgn ayahnya tepat di depan celah gerbang. Karna segera turun dan menahan gerbang sehingga anak kecil tersebut dapat keluar,, akhirnya gerbang pun tertutup. rakyat yg belum sempat keluar merasa kecewa dan memaksa minta keluar. Karna menyampaikan pengumuman Raja dan mengancam rakyat yg keluar akan dihukum. dari dalam kerumunan Vrushali maju. sebagai seorang teman,, Vrushali memohon Karna membiarkannya pergi karena ayahnya telah berada di Indraprasta,, namun Karna menolak. terjadi perdebatan dan Vrushali tetap memaksa pergi dan melewati barisan prajurit yg menghalangi rakyat. Karna memperingati Vrushali tapi ia tidak berhenti. Karna pun mengancam akan menangkapnya,, Vrushali terkejut namun tidak menghentikan langkahnya. Karna memerintahkan prajurit untuk menangkap Vrushali. tiba2 Ibu Kunti datang dan mengingatkan Karna agar tidak bertindak kejam. namun Karna tidak bisa berbuat apa2 karena ini merupakan perintah Raja. Dursasana yg sedaritadi memperhatikan perdebatan ini memperingati Ibu Kunti untuk tidak melanggar perintah Raja, namun Ibu Kunti yg merupakan Ibu Ratu merasa untuk memberi perintah,, Ibu Kunti pun mengatakan bahwa Vrushali ada dalam perlindungannya dan akan mengantarkan sendiri Vrushali ke Indraprasta. setelah memberikan sedikit nasehat pada Karna,, Ibu Kunti pergi diikuti Vrushali. tinggallah Karna sendiri tertegun dan bersedih,, pada saat itu pula ia melihat wajah ayahnya yang berpaling dengan kecewa,, Karna pun semakin merasa sedih dan bersalah..
Sudama adalah sahabat Krishna. Mereka bertemu ketika sama-sama mengenyam pendidikan di gurukul. Sudama merupakan putra satu-satunya dari pasangan brahmana miskin bernama Matuka dan Rocana. Ketika bersama2 menempuh pendidikan di gurukul, Krishna yang berasal dari keluarga kerajaan tidak mempedulikan asal usul Sudama dan mereka tetap saling menjaga dan saling berbagi satu dengan lainnya. Suatu ketika, saat makan siang, Krisna membawa banyak mentega dan roti pemberian ibunya yang dibawa khusus dari istana, sedangkan Sudama hanya memakan buah2an dan yang ia temukan di hutan. Krishna membagi roti dan mentega miliknya dan tidak segan2 menyuapi Sudama dengan tangannya sendiri. 

Ketika mereka sedang mencari kayu bakar di hutan, mereka tersesat dan hari semakin gelap, badai pun akan segera datang. Krishna dan Sudama memutuskan untuk beristirahat di atas pohon dan melanjutkan perjalanan esok pagi. Mereka berjaga secara bergantian, ketika hari semakin gelap, mereka pun menjadi lapar. Sudama dengan lahap menyantap makanan miliknya dan berkata "Temanku Krishna, kenapa kau tidak makan? jika kau lapar bagaimana kau bisa berjaga nanti malam?, makanlah bekal milikku ini." lalu mereka pun makan bersama. Ketika mereka selesai makan Sudama berkata "Temanku,sekarang tidurlah, aku akan berjaga di sini." dan Krishna yang sebenarnya tidak pernah merasa lapar ataupun lelah mengikuti saran sahabatnya. Badai semakin kencang dan Sudama dengan susah payah bertahan di atas pohon, ia melihat Krishna yang tubuhnya hampir terjatuh krn kencangnya angin, Sudama dengan sekuat tenaga mengikat tubuh Krishna dengan selendang miliknya agar tubuh sahabatnya itu tidak terjatuh. Hujan pun mengguyur, dengan tidak adanya selendang, tubuh Sudama basah kuyup dan perutnya pun mulai lapar. Ia melihat roti yang ada di kantung celana Krishna, dengan terpaksa ia mengambilnya dan memakannya karena lapar. Pagi pun menjelang dan badai telah berlalu. Sudama terbangun dan ia terkejut krn ia sudah tidak lagi di atas pohon, mereka telah kembali ke gurukul, ia pun tidak merasa kedinginan, lelah, ataupun basah. Ia bertanya kepada Krishna. "Sahabatku? bagaimana kita bisa sampai di sini?" lalu Krishna menjawab "Sahabahtku Sudama, aku sendiri yang menggendongmu turun dr atas pohon dan membawamu kembali ke gurukul." "mengapa engkau melakukan itu? kenapa kau tidak membangunkan ku saja?" "Oh Sudama, engkau telah berkorban untukku. Engkau mengorbankan selendangmu untuk mengikat tubuhku agar tidak jatuh, engkau mengorbankan badanmu demi diriku." "Tapi aku telah mencuri roti milikmu." "Roti itu bukanlah milikku seorang, apapun yang ada pada diriku juga merupakan milikmu. Aku begitu senang melihatmu dapat tertidur, sehingga aku menggendongmu dan membawamu ke gurukul."

Setelah masa2 gurukul berakhir, Krishna dan Sudama pun terpisah. Krishna tinggal di istana yang megah di Dwaraka, sedangkan Sudama tinggal di pinggiran kota dengan gubuk jerami miliknya. Kehidupan Sudama sebagai seorang brahmin amat sulit. Ia mengajarkan agama,dan moral kepada masyarakat secara sukarela selama bertahun2. Masyarakat perkotaan tidak banyak yang tertarik dengan keagamaan, hal ini membuat Sudama dan keluarganya semakin miskin. Sering kali ia dan istrinya mengumpulkan sisa2 gandum dan beras dari pinggiran kota seringkali krn jumlahnya tidak cukup, ia dan istrinya harus berpuasa demi memberi makan anak2 mereka. Suatu ketika, istrinya meminta ia untuk berbicara dengan Krishna dan memohon jalan keluar. Sudama mengikuti saran istrinya dan meminjam bubur beras dari tetangganya untuk di bawanya menemui Krishna.

Ketika ia sampai di Dwaraka, Sudama sangat terkejut melihat kemewahan kota tersebut. Semua tembok dihiasi oleh emas, masyarakat yang tinggal di sana sangat makmur dan bahagia. Di jalan2 tercium aroma makanan2 yang lezat, bunga2 yang harum, dan kain2 yang indah. Ketika ia tiba di pintu gerbang istana, sang penjaga memintanya untuk menunggu. Sekilas ia melihat kemewahan istana, para pelayan mengenakan pakaian yang sangat indah, ketika ia melihat pakaian yang ia kenakan, ia merasa malu, hanya pakian berlubang dan lusuh yang dapat ia kenakan, hanya itu yang ia miliki.

Ketika sang penjaga menyampaikan kepada Krishna bahwa seorang brahmana miskin yang mengaku sahabat Krishna sedang menunggu di gerbang istana, ia terkejut dan seketika terbangun dari kursinya. Krishna berlari tanpa alas kaki menjemput sahabatnya yang sedang kepanasan menunggu di gerbang istana. Dengan sangat bahagia Krishna memeluk erat sahabatnya dan membawanya masuk. Di dalam istana Krishna menempatkan Sudama di kursinya sendiri dan mencuci kaki sahabatnya dengan tangannya. Setelah itu mereka makan bersama dan Krishna serta istri2nya yang melayani Sudama. "Sahabatku Sudama, ingatkah engkau ketika aku menyuapimu?" dan Krishna pun menyuapi Sudama dengan tangannya. Melihat makanan2 mewah, Sudama menyembunyikan bubur beras miliknya yang tadinya ingin ia berikan sebagai hadiah kepada Krishna. Namun Krishna telah merebut dari tangannya dan memakannya bersama2 dengan para istrinya. "Sudama, mengapa engkau menyembunyikan makanan lezat dari diriku? bubur beras ini adalah makanan paling enak yang pernah aku makan.". Setelah itu mereka berjalan2 di sekitar istana dan membicarakan kenangan2 selama di gurukul. Krishna meminta Sudama untuk tinggal selama beberapa hari dan memberikan tempat tidur miliknya untuk ditempati oleh Sudama.

Selama di sana Sudama meras bingung untuk mengutarakan masalahnya. Beberapa kali ia mencoba untuk mengatakannya namun ia menariknya kembali. Ketika saat nya ia pulang, Krishna kembali memeluk erat sahabatnya dan membekalkan banyak makanan kepadanya. Ketika Sudama kembali, ia sangat terkejut karena gubuk miliknya telah hilang dan berganti dengan istana yang megah. Istri dan anak2nya mengenakan pakaian yang mewah dan indah. Ia juga memiliki 200 ekor sapi sekarang. "Suamiku, syukurlah engkau sudah pulang. Lihat apa yang diberikan Krishna untuk kita. Pesanmu kepadanya pasti telah tersampaikan dengan baik sehingga ia mengetahui apa yang kita butuhkan." Padahal selama di Dwaraka, Sudama sama sekali tidak menceritakan sedikitpun kemiskinan yang ia hadapi dan berbagai permasalahan tentang dirinya. Namun Krishna adalah Krishna, tanpa mengutarakan sedikitpun ia mengetahui segalanya, dan kasih sayang serta persahabatan yang telah diberikan Sudama kepadanya dibalas oleh Krishna dengan memberikan apa yang Sudama butuhkan.

Moral Cerita :

Persahabatan antara Sudama dan Krishna mengajarkan kita bagaimana seharusnya bersikap antara sesama sahabat. Silsilah keluarga, pendapatan ekonomi, kemampuan, pengalaman, maupun fisik seharusnya tidak menghalangi hubungan saling mengasihi antara sahabat. Pengorbanan yang diberikan Sudama kepada Krishna begitu tulus sehingga Krishna pun tidak lupa untuk membalasnya. Pelayanan penuh kasih yang dilakukan Krishna, membuat Sudama tidak ingin membebani Krishna dengan masalahnya. Walaupun ia tahu Krishna akan memberikan apapun yang ia minta dan itupun masih tidak mengurangi kekayaan yang ia miliki. Dengan setiap butir bubur beras yang Krishna makan pemberian seadanya dari Sudama, Krishna mengembalikannya berkali-kali lipat sesuai dengan yang dibutuhkan.

Persahabatan Sudama Krishna sangat berbeda dengan Drona dan Drupada. Drupada yang angkuh tidak mau mengakui sahabatnya yang miskin. Janji2 Drupada yang ia ucapkan kepada Drona semata2 untuk membeli perhatian Drona dimana ia adalah anak dari guru yang mengajarkan Drupada. Drona juga buta oleh janji2 Drupada sehingga membuatnya terbakar oleh kemarahan ketika janji2 itu tidak ditepati.

Persahabatan seharusnya terbebas dari janji dan materi. Persahabatan yang abadi adalah persahabatan yang didasari kasih sayang, pengorbanan, pengabdian,dan ketulusan hati. Berikanlah apapun kepada sahabatmu dan jangan mengharapkan balasan darinya, karena persahabatan yang abadi terbebas dari ikatan material.

di pintu gerbang Indraprasta,, Krisna dan 4 Pandawa bertemu dengan Karna dan Vrushali yg baru saja tiba. setelah memberikan salam Arjuna menanyakan maksud kedatangan Karna,, Karna menjelaskan bahwa ia ingin mengantas Vrushali yg merupakan rakyat Hastinapura. namun kemudian Nakula Bima dan Sadewa mempertanyakan kebijakan Hastinapura yg telah melarang Ibu Kunti dan rakyat Hastinapura untuk datang ke acara penobatan Indraprasta. Karna menjelaskan bahwa itu adalah kebijakan dari Duryudana untuk menciptakan ketertiban di Hastinapura. Arjuna pun membalas dengan melontarkan sindiran bahwa Karna hanya merupakan bayang-bayang Duryudana. Karna menjadi tersinggung dan mengajak Arjuna untuk adu kekuatan. keadaan menjadi panas dengan kedua kubu mulai angkat senjata. Krisna yg sedaritadi menyaksikan berusaha menengahi dengan mengingatkan bahwa Karna merupakan tamu kerajaan dan Pandawa seharusnya menyambutnya dengan baik. Karna menolak untuk disambut karena misinya hanyalah untuk mengantarkan Vrushali ke Indraprasta dengan selamat dan untuk menyampaikan pesan Ibu Kunti kepada Pandawa yaitu bahwa Ibu Kunti tidak akan memasuki Indraprasta sebelum Indraprasta memiliki benderanya sendiri. Pandawa tidak percaya begitu saja apa yg disampaikan Karna,, karena Pandawa menganggap Karna adalah mata-mata Duryudana. namun Karna menolak dikatakan mata-mata karena ia hanya menjadi teman bagi Duryudana yg selalu siap melindungi Duryudana. Krisna pun memberikan keyakinan bagi Pandawa bahwa apa yg di katakan Karna adalah yg sebenarnya hingga Pandawa pun percaya. setelah melaksanakan misinya, Karna hendak pergi. saat berpamitan dengan Vrushali,, mata Vrushali terlihat berkaca-kaca,, wajahnya menyiratkan keengganan untuk berpisah. seperti mengetahui isi hati Vrushali,, Krisna menghampirinya dan menyarankan Vrushali untuk mengejar Karna. awalnya Vrushali sempat bimbang,, namun setelah diyakinkan oleh Krisna,, Vrushali bergegas mengejar Karna sebelum ia semakin jauh. Karna sedang berjalan di tengah padang bunga saat Vrushali berhasil mengejarnya. Vrushali mengatakan bahwa Karna belum memberinya sedekah. namun Karna mengatakan bahwa ia tidak lagi memiliki apa2 untuk disedekahkan. Vrushali menjawab bahwa yg ingin dimilikinya adalah apa yg tersisa pada diri Karna saat ini,, yaitu persahabatan. Karna berkata pada Vrushali bahwa hidup bersamanya akan menjadi sulit dan Vrushali segera menjawab bahwa dengan bersama Karna hidup sulit pun akan menjadi mudah. setelah terdiam agak lama Karna akhirnya memberikan persetujuan,, mendengar jawaban ini Vrushali merasa bahagia hingga meneteskan air mata. mereka pun berjalan menuju Hastinapura.
jauh di belakang mereka,, di depan gerbang Indraprasta,, Pandawa terkesan dengan sikap ksatria Karna.
di Hastinapura,, Sengkuni dan Duryudan memanggil raja ular Taksaka melalui ramuan ajaib. mereka menyusun rencana jahat untuk menggagalkan penobatan kerajaan Indraprasta dengan menyabotase pengiriman 1 lakh sapi ke Indraprasta yang akan dilakukan oleh Taksaka.
di tengah perjalanan pengiriman 1 lakh sapi menuju Indraprasta,, Taksaka menjalankan misinya dalam hutan. pengawal yg berhasil menyelamatkan diri pergi ke Indraprasta untuk melapor. mengetahui hal ini Arjuna dan Sadewa pun menyusun rencana untuk menyelamatkan sapi2 dan mempertahankan kota.
Kisah Mahabharata diawali dengan pertemuan Raja Duswanta dengan Sakuntala. Raja Duswanta adalah seorang raja besar dari Chandrawangsa keturunan Yayati, menikahi Sakuntala dari pertapaan Bagawan Kanwa, kemudian menurunkan Sang Bharata. Sang Bharata menurunkan Sang Hasti, yang kemudian mendirikan sebuah pusat pemerintahan bernama Hastinapura. Sang Hasti menurunkan Para Raja Hastinapura. Dari keluarga tersebut, lahirlah Sang Kuru, yang menguasai dan menyucikan sebuah daerah luas yang disebut Kurukshetra. Sang Kuru menurunkan Dinasti Kuru atau Wangsa Kaurawa. Dalam Dinasti tersebut, lahirlah Pratipa, yang menjadi ayah Prabu Santanu, leluhur Pandawa dan Kurawa.

Prabu Santanu adalah seorang raja mahsyur dari garis keturunan Sang Kuru, berasal dari Hastinapura. Ia menikah dengan Dewi Gangga yang dikutuk agar turun ke dunia, namun Dewi Gangga meninggalkannya karena Sang Prabu melanggar janji pernikahan. Hubungan Sang Prabu dengan Dewi Gangga sempat membuahkan 7 anak, akan tetapi semua ditenggelamkan ke laut Gangga oleh Dewi Gangga dengan alasan semua sudah terkena kutukan. Akan tetapi kemudian anak ke 8 bisa diselamatkan oleh Prabu Santanu yang diberi nama Dewabrata. Kemudian Dewi Ganggapun pergi meninggalkan Prabu Santanu. Nama Dewabrata diganti menjadi Bisma karena ia melakukan ,yaitu sumpah untuk membujang selamanya dan tidak akan mewarisi tahta ayahnya. Hal itu dikarenakan Bisma tidak ingin dia dan keturunannya berselisih dengan keturunan Satyawati, ibu tirinya.

Setelah ditinggal Dewi Gangga, akhirnya Prabu Santanu menjadi duda. Beberapa tahun kemudian, Prabu Santanu melanjutkan kehidupan berumah tangga dengan menikahi Dewi Satyawati, puteri nelayan. Dari hubungannya, Sang Prabu berputera Sang Citrānggada dan Wicitrawirya. Demi kebahagiaan adik-adiknya, ia pergi ke Kerajaan Kasi dan memenangkan sayembara sehingga berhasil membawa pulang tiga orang puteri bernama Amba, Ambika, dan Ambalika, untuk dinikahkan kepada adik-adiknya. Karena Citrānggada wafat, maka Ambika dan Ambalika menikah dengan Wicitrawirya sedangkan Amba mencintai Bisma namun Bisma menolak cintanya karena terikat oleh sumpah bahwa ia tidak akan kawin seumur hidup. Demi usaha untuk menjauhkan Amba dari dirinya, tanpa sengaja ia menembakkan panah menembus dada Amba. Atas kematian itu, Bisma diberitahu bahwa kelak Amba bereinkarnasi menjadi seorang pangeran yang memiliki sifat kewanitaan, yaitu putera Raja Drupada yang bernama Srikandi. Kelak kematiannya juga berada di tangan Srikandi yang membantu Arjuna dalam pertempuran akbar di Kurukshetra.


Citrānggada wafat di usia muda dalam suatu pertempuran, kemudian ia digantikan oleh adiknya yaitu Wicitrawirya. Wicitrawirya juga wafat di usia muda dan belum sempat memiliki keturunan. Satyawati mengirim kedua istri Wicitrawirya, yaitu Ambika dan Ambalika, untuk menemui Resi Byasa, sebab Sang Resi dipanggil untuk mengadakan suatu upacara bagi mereka agar memperoleh keturunan. Satyawati menyuruh Ambika agar menemui Resi Byasa di ruang upacara. Setelah Ambika memasuki ruangan upacara, ia melihat wajah Sang Resi sangat dahsyat dengan mata yang menyala-nyala. Hal itu membuatnya menutup mata. Karena Ambika menutup mata selama upacara berlangsung, maka anaknya terlahir buta. Anak tersebut adalah Drestarastra. Kemudian Ambalika disuruh oleh Satyawati untuk mengunjungi Byasa ke dalam sebuah kamar sendirian, dan di sana ia akan diberi anugerah. Ia juga disuruh agar terus membuka matanya supaya jangan melahirkan putra yang buta (Drestarastra) seperti yang telah dilakukan Ambika. Maka dari itu, Ambalika terus membuka matanya namun ia menjadi pucat setelah melihat rupa Sang Bagawan (Byasa) yang luar biasa. Maka dari itu, Pandu (putranya), ayah para Pandawa, terlahir pucat. Drestarastra dan Pandu mempunyai saudara tiri yang bernama Widura. Widura merupakan anak dari Resi Byasa dengan seorang dayang Satyawati yang bernama Datri. Pada saat upacara dilangsungkan dia lari keluar kamar dan akhirnya terjatuh sehingga Widura pun lahir dengan kondisi pincang kakinya.


Dikarenakan Drestarastra terlahir buta maka tahta Hastinapura diberikan kepada Pandu. Pandu menikahi Kunti kemudian Pandu menikah untuk yang kedua kalinya dengan Madrim, namun akibat kesalahan Pandu pada saat memanah seekor kijang yang sedang kasmaran, maka kijang tersebut mengeluarkan kutukan bahwa Pandu tidak akan merasakan lagi hubungan suami istri, dan bila dilakukannya, maka Pandu akan mengalami ajal. Kijang tersebut kemudian mati dengan berubah menjadi wujud aslinya yaitu seorang pendeta. Kemudian karena mengalami kejadian buruk seperti itu, Pandu lalu mengajak kedua istrinya untuk bermohon kepada Hyang Maha Kuasa agar dapat diberikan anak. Atas bantuan mantra Adityahredaya yang pernah diberikan oleh Resi Byasa maka Dewi Kunti bias memanggil para dewa untuk kemudian mendapatkan putra. Pertama kali mencoba mantra tersebut datanglah Batara Surya, tak lama kemudian Kunti mengandung dan melahirkan seorang anak yang kemudian diberi nama Karna. Tetapi Karna kemudian dilarung kelaut dan dirawat oleh Kurawa, sehingga nanti pada saat perang Bharatayudha, Karna memihak kepada Kurawa. Kemudian atas permintaan Pandu, Kunti mencoba mantra itu lagi, Batara Guru mengirimkan Batara Dharma untuk membuahi Dewi Kunti sehingga lahir anak yang pertama yaitu Yudistira, setahun kemudian Batara Bayu dikirim juga untuk membuahi Dewi Kunti sehingga lahirlah Bima, Batara Guru juga mengutus Batara Indra untuk membuahi Dewi Kunti sehingga lahirlah Arjuna dan yang terakhir Batara Aswan dan Aswin dikirimkan untuk membuahi Dewi Madrim, dan lahirlah Nakula dan Sadewa. Kelima putera Pandu tersebut dikenal sebagai Pandawa. Dretarastra yang buta menikahi Dewi Gandari, dan memiliki sembilan puluh sembilan orang putera dan seorang puteri yang dikenal dengan istilah Kurawa.


Pandawa dan Kurawa merupakan dua kelompok dengan sifat yang berbeda namun berasal dari leluhur yang sama, yakni Kuru dan Bharata. Kurawa (khususnya Duryudana) bersifat licik dan selalu iri hati dengan kelebihan Pandawa, sedangkan Pandawa bersifat tenang dan selalu bersabar ketika ditindas oleh sepupu mereka. Ayah para Kurawa, yaitu Drestarastra, sangat menyayangi putera-puteranya. Hal itu membuat ia sering dihasut oleh iparnya yaitu Sengkuni, beserta putera kesayangannya yaitu Duryudana, agar mau mengizinkannya melakukan rencana jahat menyingkirkan para Pandawa

Pada suatu ketika, Duryudana mengundang Kunti dan para Pandawa untuk liburan. Di sana mereka menginap di sebuah rumah yang sudah disediakan oleh Duryudana. Pada malam hari, rumah itu dibakar. Namun para Pandawa bisa diselamatkan oleh Bima yang telah diberitahu oleh Widura akan kelicikan Kurawa sehingga mereka tidak terbakar hidup-hidup dalam rumah tersebut. Usai menyelamatkan diri, Pandawa dan Kunti masuk hutan. Di hutan tersebut Bima bertemu dengan raksasa Hidimba dan membunuhnya, lalu menikahi adiknya, yaitu raseksi Hidimbi atau Arimbi. Dari pernikahan tersebut, lahirlah Gatotkaca.


Setelah melewati hutan rimba, Pandawa melewati Kerajaan Pancala. Di sana tersiar kabar bahwa Raja Drupada menyelenggarakan sayembara memperebutkan Dewi Drupadi. Adipati Karna mengikuti sayembara tersebut, tetapi ditolak oleh Drupadi. Pandawa pun turut serta menghadiri sayembara itu, namun mereka berpakaian seperti kaum brahmana.


Pandawa ikut sayembara untuk memenangkan lima macam sayembara, Yudistira untuk memenangkan sayembara filsafat dan tatanegara, Arjuna untuk memenangkan sayembara senjata Panah, Bima memenangkan sayembara Gada dan Nakula - Sadewa untuk memenangkan sayembara senjata Pedang. Pandawa berhasil melakukannya dengan baik untuk memenangkan sayembara.

Drupadi harus menerima Pandawa sebagai suami-suaminya karena sesuai janjinya siapa yang dapat memenangkan sayembara yang dibuatnya itu akan jadi suaminya walau menyimpang dari keinginannya yaitu sebenarnya yang diinginkan hanya seorang Satriya.


Setelah itu perkelahian terjadi karena para hadirin menggerutu sebab kaum brahmana tidak selayaknya mengikuti sayembara. Pandawa berkelahi kemudian meloloskan diri. sesampainya di rumah, mereka berkata kepada ibunya bahwa mereka datang membawa hasil meminta-minta. Ibu mereka pun menyuruh agar hasil tersebut dibagi rata untuk seluruh saudaranya. Namun, betapa terkejutnya ia saat melihat bahwa anak-anaknya tidak hanya membawa hasil meminta-minta, namun juga seorang wanita.


Agar tidak terjadi pertempuran sengit, Kerajaan Kuru dibagi dua untuk dibagi kepada Pandawa dan Kurawa. Kurawa memerintah Kerajaan Kuru induk (pusat) dengan ibukota Hastinapura, sementara Pandawa memerintah Kerajaan Kurujanggala dengan ibukota Indraprastha. Baik Hastinapura maupun Indraprastha memiliki istana megah, dan di sanalah Duryudana tercebur ke dalam kolam yang ia kira sebagai lantai, sehingga dirinya menjadi bahan ejekan bagi Drupadi. Hal tersebut membuatnya bertambah marah kepada para Pandawa.

Untuk merebut kekayaan dan kerajaan Yudistira, Duryudana mengundang Yudistira untuk main dadu, ini atas ide dari Arya Sengkuni. Pada saat permainan dadu, Duryudana diwakili oleh Sengkuni sebagai bandar dadu yang memiliki kesaktian untuk berbuat curang. Permulaan permainan taruhan senjata perang, taruhan pemainan terus meningkat menjadi taruhan harta kerajaan, selanjutnya prajurit dipertaruhkan, dan sampai pada puncak permainan Kerajaan menjadi taruhan, Pandawa kalah habislah semua harta dan kerajaan Pandawa termasuk saudara juga dipertaruhkan dan yang terakhir istrinya Drupadi dijadikan taruhan. Akhirnya Yudistira kalah dan Drupadi diminta untuk hadir di arena judi karena sudah menjadi milik Duryudana. Duryudana mengutus para pengawalnya untuk menjemput Drupadi, namun Drupadi menolak. Setelah gagal, Duryudana menyuruh Dursasana, adiknya, untuk menjemput Drupadi. Drupadi yang menolak untuk datang, diseret oleh Dursasana yang tidak memiliki rasa kemanusiaan. Rambutnya ditarik sampai ke arena judi, tempat suami dan para iparnya berkumpul. Karena sudah kalah, Yudistira dan seluruh adiknya diminta untuk menanggalkan bajunya, namun Drupadi menolak. Dursasana yang berwatak kasar, menarik kain yang dipakai Drupadi, namun kain tersebut terulur-ulur terus dan tak habis-habis karena mendapat kekuatan gaib dari Sri Kresna yang melihat Dropadi dalam bahaya. Pertolongan Sri Kresna disebabkan karena perbuatan Dropadi yang membalut luka Sri Kresna pada saat upacara Rajasuya di Indraprastha.


Drupadi yang merasa malu dan tersinggung oleh sikap Dursasana bersumpah tidak akan menggelung rambutnya sebelum dikramasi dengan darah Dursasana. Bima pun bersumpah akan membunuh Dursasana dan meminum darahnya kelak. Setelah mengucapkan sumpah tersebut, Drestarastra merasa bahwa malapetaka akan menimpa keturunannya, maka ia mengembalikan segala harta Yudistira yang dijadikan taruhan.

Duryudana yang merasa kecewa karena Drestarastra telah mengembalikan semua harta yang sebenarnya akan menjadi miliknya, menyelenggarakan permainan dadu untuk yang kedua kalinya. Kali ini, siapa yang kalah harus mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun, setelah itu hidup dalam masa penyamaran selama setahun, dan setelah itu berhak kembali lagi ke kerajaannya. Untuk yang kedua kalinya, Yudistira mengikuti permainan tersebut dan sekali lagi ia kalah. Karena kekalahan tersebut, Pandawa terpaksa meninggalkan kerajaan mereka selama 12 tahun dan hidup dalam masa penyamaran selama setahun.


Setelah masa pengasingan habis dan sesuai dengan perjanjian yang sah, Pandawa berhak untuk mengambil alih kembali kerajaan yang dipimpin Duryudana. Namun Duryudana bersifat jahat. Ia tidak mau menyerahkan kerajaan kepada Pandawa, walau seluas ujung jarum pun. Hal itu membuat kesabaran Pandawa habis. Misi damai dilakukan oleh Sri Kresna, namun berkali-kali gagal. Akhirnya, pertempuran tidak dapat dielakkan lagi.
Pandawa berusaha mencari sekutu dan ia mendapat bantuan pasukan dari Kerajaan Kekaya, Kerajaan Matsya, Kerajaan Pandya, Kerajaan Chola, Kerajaan Kerala, Kerajaan Magadha, Wangsa Yadawa, Kerajaan Dwaraka, dan masih banyak lagi. Selain itu para ksatria besar di Bharatawarsha seperti misalnya Drupada, Setyaki, Drestadjumna, Srikandi, Wirata, dan lain-lain ikut memihak Pandawa. Sementara itu Duryudana meminta Bisma untuk memimpin pasukan Kurawa sekaligus mengangkatnya sebagai panglima tertinggi pasukan Kurawa. Kurawa dibantu oleh Resi Dorna dan putranya Aswatama, kakak ipar para Kurawa yaitu Jayadrata, serta guru Krepa, Kertawarma, Salya, Sudaksina, Burisrawa, Bahlika, Sengkuni, Karna, dan masih banyak lagi.


Pertempuran berlangsung selama 18 hari penuh. Dalam pertempuran itu, banyak ksatria yang gugur, seperti misalnya Abimanyu, Durna, Karna, Bisma, Gatotkaca, Irawan, Raja Wirata dan puteranya, Bhagadatta, Susharma, Sengkuni, dan masih banyak lagi. Selama 18 hari tersebut dipenuhi oleh pertumpahan darah dan pembantaian yang mengenaskan. Pada akhir hari kedelapan belas, hanya sepuluh ksatria yang bertahan hidup dari pertempuran, mereka adalah: Lima Pandawa, Yuyutsu, Setyaki, Aswatama, Krepa dan Kertawarma. (Nanti diceritakan dalam kisah Bharatayudha)

Setelah perang berakhir, Yudistira dinobatkan sebagai Raja Hastinapura. Setelah memerintah selama beberapa lama, ia menyerahkan tahta kepada cucu Arjuna, yaitu Parikesit. Kemudian, Yudistira bersama Pandawa dan Drupadi mendaki gunung Himalaya sebagai tujuan akhir perjalanan mereka. Di sana mereka meninggal dan mencapai surga. (Diceritakan dalam kisah Pandawa Seda)


Parikesit memerintah Kerajaan Kuru dengan adil dan bijaksana. Ia menikahi Madrawati dan memiliki putera bernama Janamejaya. Janamejaya menikahi Wapushtama (Bhamustiman) dan memiliki putera bernama Satanika. Satanika berputera Aswamedhadatta. Aswamedhadatta dan keturunannya kemudian memimpin Kerajaan Wangsa Kuru di Hastinapura. (Diceritakan dalam kisah Parikesit)
Ada banyak yang berpikir bahwa kisah Mahabharata itu DONGENG. Avatar Sai Baba pernah mengatakan tanggal, bulan , tahun dan jam Krishna lahir…Bahkan sewaktu perang di Kurukshetra, Sai Baba mengatakan Krishna berusia lebih dari 100 tahun dan Arjuna lebih dari 80 tahun.
Siapakah ksatria terhebat di dunia frends? Apakah Genghis Khan atau Hitler? Prabowo? Napoleon? TIDAK….Ksatria itu juga bukan ARJUNA atau KARNA…Dia adalah putra ARJUNA & SUBADRA yang bernama ABIMANYU.
Abimanyu terdiri dari dua kata Sanskerta, yaitu abhi (berani) dan man'yu (tabiat). Dalam bahasa Sanskerta, kata Abhiman'yu berarti "ia yang memiliki sifat tak kenal takut" atau "yang bersifat kepahlawanan".
Riwayatnya dituturkan sebagai pahlawan yang tragis. Ia gugur dalam pertempuran besar di Kurukshetra sebagai salah satu kesatria termuda dari pihak Pandawa, karena baru berusia 16 ( enam belas ) tahun. Abimanyu menikah dengan Utara, putri Raja Wirata dan memiliki seorang putra bernama Parikesit, yang lahir tak lama setelah Abimanyu gugur.
Kenapa CSK menobatkan ABIMANYU?
Pada pertempuran di hari ketiga belas, pihak Korawa membuat formasi perang melingkar yang dikenal sebagai Cakrawyuha, f ormasi Cakravyuha.
Arjun dan Krishna harus berangkat ke Virat nagar untuk mengatasi sena dari Susharma dan sisanya melanjutkan untuk medan perang hari itu. Sejak Arjun belum juga pulang, Abimanyu memutuskan untuk masuk chakravyuha dan memecahkannya. Pandawa lainnya memutuskan untuk mengikuti Abimanyu karena tidak satupun dari mereka tahu bagaimana untuk masuk dan keluar kemudian.
Sebelum bertempur, Dropadi memberi Abimanyu raksha kawach (gelang keberuntungan) yang diberkati oleh Dropadi rupanya terjatuh di tanah tanpa diketahui Abimanyu. Tabib kemudian mengatakan bahwa istri Abimanyu, Uttara hamil.
Sebelum berita kehamilan Uttara mencapai Abimanyu, Abimanyu teah menggunakan kelihaiannya untuk menembus formasi tersebut.
Jayadrata, Raja Sindhu menghentikan Pandawa memasuki chakravyuha tersebut. Pandawa gagal untuk mengalahkan Jayadrata karena ia diberikan anugerah Mahadewa —kecuali Arjuna—hanya untuk satu hari. Mereka meminta Abimanyu untuk keluar dari Chakravyuha tersebut.
Namun, Abimanyu bergerak ke pusat Chakravyuha tersebut. Abimanyu berjuang sendirian dalam menghadapi serangan pasukan Kurawa.
Ashwathama, Dushyasan dan Sakuni menyerang Abimanyu, tapi ia berhasil membela diri. Duryodhana meminta Dronacharya dan Karna untuk mengangkat senjata melawan Abimanyu. Dia memerintahkan Karna untuk menyiksa Abimanyu sampai mati.
Karna menghancurkan busur Abimanyu. Tanpa menghiraukan aturan perang, 6 ksatria yang juga paman dan kerabat Abimanyu : Guru Drona, Karna, Dursasana, Aswathama, Sakuni, Duryudhana menyerang Abimanyu secara serentak ( main KEROYOK ). Abimanyu mampu bertahan sampai pedangnya patah dan roda kereta yang ia pakai sebagai perisai hancur berkeping-keping.
Abimanyu TIDAK MENYERAH, menunjukkan keberaniannya yang LUAR BIASA meski terkena panah Karna dan Drona, pisau Sakuni, gada Duryudhana,Dusasana dan Aswathama ia bertahan hingga MATAHARI TERBENAM.
Duryudhana meminta Abimanyu memohon padanya untuk segera mengakhiri hidup daripada disiksa terus oleh mereka. Abimanyu tidak melakukannya dan tidak gentar sedikitpun atas penyiksaaan mereka terhadap tubuhnya dan melawan hingga tetes darah terakhir.
Karna akhirnya mengambil inisiatif sendiri membunuh Abimanyu dengan pedang, untuk menghilangkan dari rasa sakit Abimanyu yang lebih lanjut.
Belum pernah ada ksatria yg mampu bertahan hidup dengan penyiksaan selama itu ,mampu melawan dan membalas serangan 6 ksatria Kuru sekaligus. Kebanyakan menyerah dan memohon ampunan
Pada suatu hari, ketika Pandawa sedang memerintah kerajaannya di Indraprastha, seorang pendeta masuk ke istana dan melapor bahwa pertapaannya diganggu oleh para raksasa. Arjuna bergegas mengambil senjatanya, namun senjata tersebut disimpan di sebuah kamar tempat Yudistira dan Dropadi sedang menikmati malam mereka. Demi kewajibannya, Arjuna rela masuk kamar mengambil senjata, tanpa memedulikan Yudistira dan Dropadi yang sedang bermesraan di kamar. Atas perbuatan tersebut, Arjuna dihukum untuk menjalani pembuangan selama satu tahun.
Arjuna menghabiskan masa pengasingannya dengan menjelajahi penjuru Bharatawarsha atau daratan India Kuno. Ketika sampai di sungai Gangga, Arjuna bertemu dengan Ulupi, putri Naga Korawya dari istana naga atau Nagaloka. Arjuna terpikat dengan kecantikan Ulupi lalu menikah dengannya. Dari hasil perkawinannya, ia dikaruniai seorang putra yang diberi nama Irawan.[4] Setelah itu, ia melanjutkan perjalanannya menuju wilayah pegunungan Himalaya. Setelah mengunjungi sungai-sungai suci yang ada di sana, ia berbelok ke selatan. Ia sampai di sebuah negeri yang bernama Manipura. Raja negeri tersebut bernama Citrasena. Ia memiliki seorang puteri yang sangat cantik bernama Citrānggadā. Arjuna jatuh cinta kepada putri tersebut dan hendak menikahinya, namun Citrasena mengajukan suatu syarat bahwa apabila putrinya tersebut melahirkan seorang putra, maka anak putrinya tersebut harus menjadi penerus tahta Manipura oleh karena Citrasena tidak memiliki seorang putra. Arjuna menyetujui syarat tersebut. Dari hasil perkawinannya, Arjuna dan Citrānggadā memiliki seorang putra yang diberi nama Babruwahana. Oleh karena Arjuna terikat dengan janjinya terdahulu, maka ia meninggalkan Citrānggadā setelah tinggal selama beberapa bulan di Manipura. Ia tidak mengajak istrinya pergi ke Hastinapura.[5]
Setelah meninggalkan Manipura, ia meneruskan perjalanannya menuju arah selatan. Dia sampai di lautan yang mengapit Bharatawarsha di sebelah selatan, setelah itu ia berbelok ke utara. Ia berjalan di sepanjang pantai Bharatawarsha bagian barat. Dalam pengembaraannya, Arjuna sampai di pantai Prabasa (Prabasatirta) yang terletak di dekat Dwaraka, yang kini dikenal sebagai Gujarat. Di sana ia menyamar sebagai seorang pertapa untuk mendekati adik Kresna yang bernama Subadra, tanpa diketahui oleh siapa pun. Atas perhatian dari Baladewa, Arjuna mendapat tempat peristirahatan yang layak di taman Subadra. Meskipun rencana untuk membiarkan dua pemuda tersebut tinggal bersama ditentang oleh Kresna, namun Baladewa meyakinkan bahwa peristiwa buruk tidak akan terjadi. Arjuna tinggal selama beberapa bulan di Dwaraka, dan Subadra telah melayani semua kebutuhannya selama itu. Ketika saat yang tepat tiba, Arjuna menyatakan perasaan cintanya kepada Subadra. Pernyataan itu disambut oleh Subadra. Dengan kereta yang sudah disiapkan oleh Kresna, mereka pergi ke Indraprastha untuk melangsungkan pernikahan.
Baladewa marah setelah mendengar kabar bahwa Subadra telah kabur bersama Arjuna. Kresna meyakinkan bahwa Subadra pergi atas kemauannya sendiri, dan Subadra sendiri yang mengemudikan kereta menuju Indraprastha, bukan Arjuna. Kresna juga mengingatkan Baladewa bahwa dulu ia menolak untuk membiarkan kedua pasangan tersebut tinggal bersama, namun usulnya ditentang oleh Baladewa. Setelah Baladewa sadar, ia membuat keputusan untuk menyelenggarakan upacara pernikahan yang mewah bagi Arjuna dan Subadra di Indraprastha. Ia juga mengajak kaum Yadawa untuk turut hadir di pesta pernikahan Arjuna-Subadra. Setelah pesta pernikahan berlangsung, kaum Yadawa tinggal di Indraprastha selama beberapa hari, lalu pulang kembali ke Dwaraka, namun Kresna tidak turut serta.
setelah berdebat dengan Sadewa tentang konsekuensi yg harus ditanggungnya nanti,, Arjuna terpaksa memasuki kamar Drupadi yg saat itu sedang bermain dadu dengan Yudistira. tanpa mengucapkan sepatah kata,, setelah mengambil Gandiwanya Arjuna langsung berlalu. Yudistira dan Drupadi merasa terkejut sekaligus penasaran,, hal apakah yg membuat Arjuna melanggar sumpahnya. setelah mendapatkan Gandiwanya,, lalu Arjuna bergegas pergi ke hutan. Yudistira dan Drupadi bergabung bersama saudara2nya yg lain di depan gerbang istana melihat Arjuna yg telah pergi bersama kudanya. Sadewa pun menjelaskan permasalahannya. Sadewa juga menyampaikan instruksi Arjuna agar Bima menjaga pertahanan kota sementara ia dan Nakula mengobati prajurit yg terluka. Yudistira pun pergi membantu Bima. tinggallah Drupadi yg memandang sedih ke arah kepergian Arjuna.
di dalam hutan yg sepi Arjuna kebingungan,, ia bisa mendengar suara sapi2 tapi tidak seekor sapi pun yg terlihat. sadarlah ia bahwa ini adalah ilusi Taksaka. Arjuna mencari-cari sumber ilusinya. di suatu tempat di dalam hutan,, Arjuna melihat sebuah bola cahaya berwarna biru,, ia pun menembakkan anak panah mengenai bola cahaya tersebut. seketika bola cahaya tersebut lenyap dan tampaklah olehnya ribuan sapi di sekelilingnya,, namun Taksaka belum terlihat. Arjuna kembali mencari-cari sambil memasang telinga,, tiba2 terdengar olehnya suara gemuruh yg berasal dari dalam gundukan tanah yg bergerak mendekatinya. menyadari itu adalah Taksaka,, Arjuna berlari menghindarinya namun gundukan tanah itu terus mengejar. kemudian dari dalam gundukan tanah itu muncullah ular raksasa,, Taksaka menyerang,, Arjuna bertahan. dengan segera Arjuna menembakkan panah sehingga muncul lingkaran api yang mengelilingi Taksaka dan membuatnya terkurung namun tidak melukainya. Taksaka meminta Arjuna menembakkan panah ke arahnya,, namun Arjuna menolak karena telah berjanji tidak akan membunuh ular. Arjuna hanya menunggu Taksaka kelelahan hingga akhirnya menyerah,, Taksaka akhirnya mengaku kalah namun bersumpah bahwa ia akan kembali membalas. Arjuna tersenyum dan melepaskan Taksaka dengan menciptakan hujan yg memadamkan lingkaran api yg dibuatnya. setelah kepergian Taksaka,, hari pun menjelang pagi saat Arjuna kembali ke Indraprasta.
di pintu gerbang Indraprasta,, 4 Pandawa bersama Drupadi dan Krisna telah menunggu kedatangan Arjuna dengan wajah sedih. Yudistira maju menyambut kedatangan Arjuna. Arjuna berkata bahwa ia telah melanggar sumpah dan pantas menerima hukuman. Yudistira yg tidak bisa menyangkal hal ini hanya dapat berkata bahwa berkat keberanian, keahlian, dan ilmu pengetahuannya Arjuna akan selalu diingat sebagai pahlawan. Arjuna tersenyum kemudian mendatangi ketiga saudaranya yg lain. setelah berpamitan dengan saudara2nya,, Arjuna berpamitan kepada Krisna yg kemudian berpesan agar di akhir masa hukumannya Arjuna datang ke kuil Somnath di Dwaraka. setelah itu Arjuna mendatangi Drupadi untuk berpamitan dan meminta maaf karena telah melanggar sumpah. Drupadi memafkan dan memberikan doanya menyertai Arjuna. Drupadi membantu Arjuna menanggalkan aksesoris kerajaannya dan menggati bajunya dengan baju pertapa. setelah selesai bersiap-siap,, tiba saatnya untuk Arjuna pergi. melalui tetesan airmatanya Drupadi memberikan doa dan berkat agar tidak ada yg dapat menyakiti Arjuna selama masa hukumannya. Arjuna pun pergi setelah berpamitan untuk yg terakhir kalinya kepada semua orang yg ada di sana. semua orang pun merasa sedih terlebih lagi Drupadi yg akan berpisah dengan suami tercintanya..
Bagaimana sih hubungan antara Radha dan Krishna? Radha itu siapanya Krishna? Penjelasan ini ada dalam Brahma Vaivarta Purana, Garga Samhita, dan Brihad Gautamiya Tantra.

Siapa itu Radha ?

Radha adalah putri Vrishbhanu gurjar. Ia adalah raja Suchandra di kehidupan sebelumnya. Suchandra dan istrinya telah memperoleh anugerah dari dewa Brahma bahwa di saat Dwapara yuga , dewi Lakshmi akan lahir sebagai putri mereka dalam bentuk Radha. Raja dan Ratu Suchendra Kalavati dilahirkan kembali sebagai Vrishbhanu dan Kirtikumari dan dewi Lakshmi menjelma sebagai Radha .

Dikatakan bahwa saat Radha lahir, ia tidak mau membuka matanya. Kemudian Sri Narada Muni datang menemui Vrishbhanu dan memberitahunya , "Gadis ini adalah penjelmaan dewi keberuntungan. Ia hanya akan membuka matanya jika penjelmaan dari suaminya hadir di hadapannya. Pertemukanlah ia dengan putra Nanda. Setelah mereka bertemu maka keberuntungan dan kebahagiaan akan selalu menyertai dunia ini. Dan rawatlah ia layaknya engkau merawat dunia." Sesuai dengan saran Narada Muni itu, Vrishbhanu merawat Radha dengan cinta dan kasih sayang. Nanda yang tinggal di desa terdekat berteman dengan Vrishbanu. Setelah festival Holi ; Vrishbanu pergi ke Gokul untuk bertemu Nanda. Vrishbanu mengajak serta Radha yang masih bayi dan masih tidak mau membuka matanya. Vrishbanu yang sedang menggendong Radha bertatap muka dengan Nanda yang juga sedang menggendong Krishna. Saat itulah Radha dengan seketika membuka matanya dan melihat Krishna yang ada di hadapannya. Pertemuan ini adalah pertemuan pertama Radha dan Krishna.

Hubungan Radha Krishna

Cinta Radha terhadap Krishna merupakan cinta spriritual. Cinta dan pengabdian Radha kepada Krishna melebihi cinta dan pengabdian material. Cinta Radha merupakan cinta yang tulus tanpa memandang status apapun. Bagi Radha, Krishna adalah kehidupannya. Bagi Krishna, Radha adalah jiwanya. Itulah sebabnya dikatakan, " Atma Tu Radhika Tasya " ( Radha , Engkau adalah jiwa-Nya ). Radha menempatkan dirinya sebagai seorang pemuja/penyembah Krishna dan dalam bentuk kedua dia adalah pemuja yang dikhususkan oleh Krishna. Vrishbhanu adalah inkarnasi parsial Dewa Vishnu sementara ibunya Kalavati adalah inkarnasi parsial Dewi Laksmi.

Dalam Brihad - Gautamiya Tantra , Radha digambarkan sebagai berikut : " Srimati Radharani adalah mitra langsung dari Sri Krishna. Dia adalah tokoh sentral untuk semua dewi keberuntungan. Dia memiliki semua daya tarik untuk menarik keberuntungan dan kebahagiaan."

Dalam pikiran Radha hanya ada Krishna. Setiap tindakannya akan dipersembahkan kepada Krishna. Krishna pun membalas dengan menyatukan jiwanya dengan Radha. Kemanapun Radha pergi akan selalu diikuti oleh Krishna. "Aku tidak akan pergi dari mu. Engkau dan aku adalah Satu. Kemanapun engkau pergi. Dimanapun namamu disebutkan, namaku akan ada dibelakangmu." Oleh sebab itu, kita semua mengenal nama "Radha Krishna" bukan "Krishna Radha".

Akhir dari Radha

Dalam berbagai sumber di kisahkan apa yang terjadi kepada Radha ketika Krishna meninggalkan Vrindavan dan tinggal di Mathura. Dalam sumber2 tersebut menjelaskan hal yang berbeda2. Ada yang menjelaskan bahwa setelah Krishna meninggalkan Vrindavan, Radha dengan susah payah kembali ke kehidupan normalnya yakni menikah dan mempunyai anak, namun pikirannya terus berpusat kepada Krishna. Radha melihat suaminya sebagai Krishna dan melayaninya bagaikan ia melayani Krishna.

Ada pula yang menjelaskan bahwa semenjak kehilangan Krishna, Radha menjadi gila akan kerinduannya dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Ia meminta kepada dewi sungai Yamuna untuk mengijinkannya menenggelamkan diri. Dan hal itupun terjadi. Namun krn cintanya kepada Krishna ia terlahir kembali menjadi salah satu istri Krishna yakni Jambhawati.

Diluar semua itu, akhir dari Radha yang sebenarnya adalah menyatu dengan Krishna (apapun bentuknya) di Vrindavan. Krishna selamanya tidak akan pernah meninggalkan Vrindavan, dan sebagaimana yang dijanjikan oleh Krishna, walaupun secara fisik mereka tidak saling berdekatan, jiwa mereka selalu bersama. Kemanapun Radha pergi akan selalu di ikuti oleh Krishna. Radha dan Krishna adalah Satu.
beberapa saat setelah kepergian Arjuna mengasingkan diri.
di Hastinapura,, Sengkuni terlihat sangat senang,, ia melompat dan menari2 sambil menaburkan serbuk warna warni. tiba2 datang Dusashana dan Duryudana yg terlihat gusar karena merasa rencananya telah gagal. Sengkuni menenangkan keponakan tersayangnya dengan mengatakan walaupun Taksaka kalah dan Pandawa mendapatkan sapi2 mereka,, penobatan tetap tidak bisa dilakukan karena menunggu Arjuna kembali dari masa hukumannya. kemudian mereka menyusun strategi untuk menggagalkan acara penobatan Raja Yudistira (Rajsuya Yajna). mereka hendak menjalin persekutuan dengan musuh Hastinapura yg kemungkinan akan diajak bersekutu oleh Indraprasta. karena selama ini Pandawa dekat dengan Krisna yg merupakan bangsa Yadawa dari Dwaraka,, maka diputuskan untuk mendekati Balarama,, kakak Krisna. Sengkuni menyampaikan rencananya bahwa Duryudana harus menjadi murid latihan gada dari Balarama,, dan setelah menjadi murid kesayangan maka Duryudana akan mempersunting Subadra,, adik dari Balarama dan Krisna.
di Indraprasta,, Krisna yg sedang duduk di taman bunga melihat Drupadi sedang berlatih panah,, namun ia tak bisa menciptakan satupun anak panah,, hal ini dikarenakan hatinya yg sedang kacau. Krisna datang dan menyuruhnya menenangkan hati,, namun kekhawatiran Drupadi akan Arjuna membuat hatinya tidak bisa tenang karena merasa jauh dengan orang yg dicintainya. Krisna pun berkata bahwa orang yg dicintai akan selalu berada dekat di hati,, maka dari itu ia menyuruh Drupadi untuk tenang karena dengan hati yg tenang Drupadi akan dapat melihat Arjuna. Drupadi mencoba saran Krisna dan benar saja,, akhirnya ia dapat menciptakan anak panahnya.
beberapa tahun kemudian di Dwaraka,, Arjuna yg akan mengakhiri masa hukumannya tiba di kuil Somnath untuk melakukan pertapaan sesuai saran Krisna. di sana ia melihat Duryudana bersama Balarama berlalu dihadapannya tanpa mengenali dirinya. tak lama kemudian datang Sengkuni bersama Krisna. dari pembicaraan Krisna yg didengarnya,, Arjuna tahu bahwa Duryudana hari itu akan menikahi Subadra untuk membentuk aliansi antara bangsa Kuru dan Yadawa. Krisna yg menyadari kehadiran Arjuna di sana menyuruh Sengkuni untuk meminta berkat dari para brahmin dengan menyentuh kakinya (ini kayaknya si mamashree dikerjain sama Krisna deh..) namun Sengkuni segera menyadari bahwa salah satu diantaranya adalah Arjuna.
masih di Dwaraka,, di tepi pantai,, Sengkuni Duryudana dan Dushasana berkumpul untuk membicarakan strategi mereka sambil memperhatikan Krisna yg sedang bermain dengan anak2nya di pantai. Sengkuni merasa Krisna dapat membahayakan strateginya. saat masih menerka2 rencana Krisna,, dan memperkirakan kemungkinan keberhasilan rencana mereka,, ternyata dari kejauhan Krisna memanggil Sengkuni untuk bermain bersama. awalnya Sengkuni merasa takut untuk datang,, namun demi mengetahui rencana Krisna maka ia pun memenuhi panggilan Krisna.
sementara di dalam kamarnya,, Subadra merasa sedih memikirkan pernikahannya dengan Duryudana. kemudian datang Ibu Kunti sebagai perwakilan dari Ibu Gandari membawakan perhiasan untuk Subadra. Subadra pun menangis dipelukan Ibu Kunti dan mengaku bahwa ia telah memilih Arjuna sebagai suaminya. Kunti terkejut namun tidak dapat berbuat apa2 karena Arjuna sedang dalam pengasingan. Subadra menjadi kecewa,, namun Kunti meminta Subadra agar percaya dengan apapun keputusan kakak2nya. di tengah kekecewaannya,, seorang pelayan datang menyampaikan pesan Krisna bahwa Subadra harus pergi ke kuil untuk mengundang salah satu brahmin ke Dwaraka. awalnya Subadra menolak,, namun setelah Ibu Kunti ikut membujuk,, pergilah ia ke kuil untuk menjemput seorang brahmin yg tak lain adalah Arjuna,, untuk memenuhi undangan Krisna. lalu merekapun pergi ke Dwaraka.
di pantai,, Sengkuni dan Krisna masih bermain,, Sengkuni memperingati Krisna utk tdk mengacaukan rencananya yaitu membuat tahta Hastinapura menjadi milik adiknya tercinta dan anak2nya. dan Krisna pun berjanji akan membantu terciptanya aliansi antara bangsa Kuru dan Yadawa. Sengkuni juga mengancam bahwa bila ternyata Arjuna telah berada di wilayah Dwaraka maka Hastinapura dan Dwaraka akan menjadi musuh,, Krisna lalu mempersilahkan Sengkuni untuk membuktikan ucapannya. ditemani Dushasan,, Sengkuni pergi ke kuil Somnath untuk mencari Arjuna,, namun Arjuna sudah tidak ada di sana.
di Dwarka Subadra bertemu dengan Krisna,, Subadra mengantarkan tamu khusus kakaknya itu dengan wajah masam. akhirnya Krisna memberitahukan kepada Subadra bahwa brahmin itu adalah Arjuna,, seketika itu juga wajah Subadra menjadi cerah kembali..
  • Duryodana, anak Dhrtarastra, memiliki seorang putri yang bernama Laksmana. Duryodhana mengadakan upacara svayamvar (sayembara) untuk Laksmana sehingga putrinya itu dapat memilih suaminya sesuai dengan pilihan sendiri. Dalam svayamvara Laksmana, Samba muncul. Samba adalah putra dari Shri Krishna dengan Jambavati, salah satu istri Krishna. Samba adalah seorang putra yang terkenal sangat buruk/nakal, dan dia selalu tinggal dekat dengan ibunya. Dalam swayamvar tersebut, Samba sangat menginginkan putri Duryodana, namun Laksmana tidak mau memilih Samba dalam swayamvar. Oleh karena itu Samba menculik Laksmana.
  • Karena Laksmana diambil paksa, semua anggota dinasti Kuru antara lain Dhrtarastra, Bhisma, Widura dan Arjuna, berpikir bahwa ini merupakan penghinaan terhadap tradisi wangsa Bharata. Mereka semua tahu bahwa Laksmana sama sekali tidak cenderung untuk memilih dia sebagai suami dan bahwa dia tidak diberi kesempatan untuk memilih suaminya sendiri. Oleh karena itu, mereka memutuskan bahwa Samba harus ditangkap dan dihukum atas perbuatannya itu. Dinasti Kuru, terutama para pejuang besar, bergabung bersama-sama untuk memberi pelajaran kepada Samba dan Karna diangkat menjadi komandan dalam pertempuran kecil ini.
  • Sementara rencana untuk menangkap Samba sedang berlangsung, pertimbangan-pertimbanganpun muncul diantara para tetua Bharata, mereka berpikir bahwa dengan penangkapan Samba, para anggota dinasti Yadu (Yadawa) akan sangat marah. Ada kemungkinan Yadawa sependapat dengan kita dan menyerahkan Samba. Tapi mereka juga bisa berbalik berperang melawan kita untuk menyelamatkan Samba. Dan kita harus siap dengan pertempuran itu.
  • Setelah berkonsultasi dan mendapat izin dari para tetua dinasti Kuru, seperti Bhisma dan Dhrtarastra, enam prajurit besar - Bhisma, Karna, Sala, Bhurisrava, Yajnaketu dan Duryodana. Semua maharathi itu dipandu oleh pejuang besar Bhisma, berusaha menangkap Samba. Samba juga adalah maharathi, tapi ia sendirian dan harus berperang melawan enam maharathi dari Hastinapura. Ia tidak gentar ketika berhadapan dengan semua pejuang besar dinasti Kuru yg ingin menangkapnya. Ia menghadap ke arah musuh dan mengambil busurnya, berpose persis seperti singa, berdiri sendiri menghadapi hewan lain. Karna memimpin pasukan, dan dia menantang Samba. Segera setelah Samba menerima tantangan dan berdiri sendirian, ia dihujani anak panah oleh semua prajurit besar. Sebagai seekor singa yg tidak pernah takut dikejar-kejar oleh banyak serigala, Samba sebagai putra Krishna, putra dari dinasti Yadu yg diberkahi dengan potensi tak terbayangkan, menjadi sangat marah kepada para pejuang dinasti Kuru. Pertama-tama, ia memanahkan 6 anak panahnya ke setiap 6 kereta perang. Setiap empat anak panah digunakan untuk membunuh 4 kuda disetiap kereta perang. Satu panah digunakan untuk membunuh setia sais kereta dan satu anak panah mengarah ke Karna dan ke yg lainnya. Pertarungan begitu sengit, Samba seorang diri bertempur melawan enam prajurit besar. Bahkan di tengah-tengah pertempuran, mereka terus terang mengakui kehebatan Samba. Singkat cerita, dengan susah payah dan pertarungan berat, Samba yang kehilangan keretanya akhirnya tertangkap. Dengan demikian, para pejuang dinasti Kuru memperoleh kemenangan dan berhasil merebut kembali putri mereka, Laksmana dan dibawanya kembali ke kota Hastinapura.
  • Rsi swargaloka yang bijak yaitu Narada segera membawa berita ke dinasti Yadu bahwa Samba ditangkap dan menceritakan seluruh kejadiannya. Para anggota dinasti Yadu menjadi sangat marah karena Samba ditangkap, dan tidak benar Samba seorang diri melawan enam prajurit besar. Dengan izin dari raja dinasti Yadu, Raja Ugrasena, mereka siap untuk menyerang ibukota Hastinapura. Balarama tidak setuju akan adanya peperangan dua dinasti besar, dinasti Kuru dan dinasti Yadu. Dengan alih-alih mendukung peperangan tersebut, " Dia berkata, " biarkan Aku pergi ke sana untuk melihat situasi , dan biarkan Aku mencoba untuk melihat apakah pertarungan besar ini dapat diselesaikan dengan saling pengertian. " Ide Balarama adalah jika dinasti Kuru bisa dibujuk untuk melepaskan Samba dan Laksmana, maka pertempuran bisa dihindari. Karena itu ia segera menaiki keretanya untuk pergi ke Hastinapura, didampingi oleh brahmana serta oleh beberapa tetua dari dinasti Yadu. Ia yakin bahwa para tetua dinasti Kuru akan menyetujui pernikahan ini dan menghindarkan pertempuran. Ketika Balarama sudah berada disekitar kota Hastinapura, ia tidak masuk ke kerajaan, tetapi ia tinggal disebuah kamp di luar ibukota kerajaan. Kemudian ia memerintahkan Uddhava untuk bertemu dengan semua orang-orang penting Dinasti Kuru, termasuk Bhisma, Dhrtarastra, Dronacarya, Duryodhana dan Bahlika. 
  • Para pemimpin dinasti Kuru, terutama Dhrtarastra dan Duryodana, sangat gembira mendengar berita bahwa Balarama berada di Hastinapura dan bergegas mengambil semua perlengkapan penyambutan. Mereka menyambut Balarama dengan memberinya sapi-sapi dan Arghya (benda-benda seperti air suci, madu, mentega, bunga, karangan bunga dan wangi-wangian). Dan ketika formalitas penyambutan tersebut selesai, Balarama dengan suara besar, tegas & nada memerintah menyampaikan maksud kedatangannya. "Hari ini saya datang sebagai utusan Raja Ugrasena. Raja Ugrasena tahu betul bahwa prajurit dari dinasti Kuru telah bertempur dengan Samba yang sendirian. Kami semua telah mendengar kabar itu, tapi kami tidak tersinggung karena kerajaan kita memiliki hubungan yang erat, dan kami tidak berniat untuk mengganggu hubungan baik kita. Kita harus terus bersahabat tanpa adanya pertempuran yang dirasa sangat tidak diperlukan. Oleh karena itu, kami memohon untuk segera membebaskan Samba dan biarkan dia membawa serta Laksmana. " Ketika Balarama berbicara dengan nada seperti itu, ia tidak dihargai oleh para pemimpin dinasti Kuru. Sebaliknya, semua dari mereka menjadi gusar dan marah besar dengan mengucapkan kata-kata menghina. Meskipun Balarama terlihat sabar mendengar kata-kata hinaan dan hanya mengamati perilaku tidak sopan mereka, tetapi dilihat dari raut mukanya itu jelas bahwa ia terbakar amarah dan berpikir akan membalas. Gerak-gerik tubuhnya menjadi begitu gusar. Ia tertawa sangat keras dan berkata :  " Memang benar bahwa jika seseorang akan menjadi terlalu sombong karena keluarga, kemewahan, kejayaan dan kemajuannya, dia tidak lagi ingin hidup damai tetapi menjadi congkak terhadap orang lain. Karena kemewahan materi seseorang menjadi persis seperti binatang. Sebenarnya aku ingin menyelesaikan masalah ini secara damai meskipun semua anggota dinasti Yadu marah & ingin berperang, termasuk Krishna sendiri. Mereka bersiap menyerang seluruh kerajaan dinasti Kuru, tapi aku menenangkan mereka dan mengambil jalan yg sulit untuk datang ke sini menyelesaikan urusan ini tanpa pertempuran." Ternyata dinasti kuru masih bersikap seperti ini! Hal ini jelas bahwa mereka tidak ingin penyelesaian damai dan dengan bangga mereka telah berulang kali menghina dinasti Yadu dengan sebutan yg tidak pantas.
  • Sudah jelas sekarang bahwa para pemimpin dari dinasti Kuru telah menjadi sombong atas harta duniawi dan kemewahan. Oleh karena itu, pada saat ini juga, aku akan menghapus seluruh jejak dinasti Kuru. Aku akan menghabisi kalian segera ! " Sementara berkata seperti itu, Balarama tampak begitu sangat marah dan tatapannya seakan-akan membakar alam semesta menjadi abu. Ia berdiri kemudian dan mengambil senjatanya (bajak) dan mulai mencolok bumi dengan senjata itu. Dengan cara ini seluruh kota Hastinapura dipisahkan dari bumi. Balarama mulai menyeret kota menuju air yang mengalir dari sungai Gangga. Gempa besar terjadi dan Hastinapura mulai dihancurkan.
  • Ketika semua anggota dinasti Kuru melihat kotanya akan jatuh ke dalam Sungai Gangga dan mendengar rakyatnya berteriak-teriak dalam kecemasan besar, tanpa menunggu sedetik pun mereka langsung membawa Laksmana dan Samba kehadapan Balarama. Semua anggota dinasti Kuru menghadap Balarama dengan mencakupkan tangan hanya untuk mengemis pengampunan kepada Shri Balarama. Mereka berkata "wahai Yang Agung mohon mempertimbangkan kami, belas kasihanilah kami yang bodoh ini. Apapun yg Anda lakukan merupakan  suatu bentuk hukuman bagi kami yg hina ini. Kami menyembah Anda wahai Yang Agung. Sekarang kami benar-benar berserah diri kepada Anda. " Ketika anggota terkemuka dari dinasti Kuru, kakek Bhisma, Arjuna, Duryodana dan yg lainnya, Balarama segera melunak dan meyakinkan mereka bahwa tidak ada alasan untuk takut dan khawatir.
  • Kami dengan senang hati menyerahkan putri kami untuk Samba dan akan menikahkan mereka dengan penuh kemegahan. Untuk pertama kalinya dinasti Kuru memberi 1.200 gajah, yang masing-masing berusia enam puluh tahun, 10.000 kuda, 6.000 kereta emas dan 1.000 dayang kerajaan yang dihiasi emas berkilauan. Balarama, sebagai salah satu anggota yang paling dihormati dari dinasti Yadu, bertindak sebagai wali dari mempelai laki-laki dan sangat senang menerima mahar tersebut. Balarama sangat puas setelah penerimaannya yang megah itu dari dinasti Kuru. Disertai dengan pasangan yang baru menikah, ia kembali Dvaraka.Balarama dengan penuh kebanggaan & kemenangan sampai di Dvaraka, ia bertemu dengan rakyat-rakyat dan semua teman-temannya. Ketika semua berkumpul di balairung istana, Balarama menceritakan seluruh kisah tentang pernikahan Samba & Laksmana, dan mereka tercengang ketika mendengar bagaimana Balarama telah membuat kota Hastinapura bergetar.
  • Hal ini dibenarkan oleh yogi besar Sukadeva Gosvami bahwa situs Hastinapura sekarang dikenal sebagai New Delhi dan sungai yang mengalir melalui kota itu disebut Yamuna, meskipun pada masa itu dikenal sebagai Sungai Gangga. Jiva Gosvami itu juga menegaskan bahwa Sungai Gangga dan Yamuna adalah sungai yang sama namun Yamuna mempunyai jalur yang berbeda. Bagian dari Sungai Gangga yang mengalir melalui Hastinapura ke daerah Vrndavana disebut Yamuna. Bagian lereng dari Hastinapura (New Delhi) yang menuju Yamuna akan tergenang air saat musim hujan dan mengingatkan setiap orang bahwa dahulu kala Balarama pernah menyeret dan melemparkan kota tersebut ke Sungai Gangga.
Kisah ini menceritakan konflik hebat
keturunan Pandu dan Dristarasta
dalam memperebutkan takhta
kerajaan. Menurut sumber yang
saya dapatkan, epos ini ditulis pada
tahun 1500 SM. Namun fakta sejarah
yang dicatat dalam buku tersebut
masanya juga lebih awal 2.000
tahun dibanding penyelesaian
bukunya. Artinya peristiwa yang
dicatat dalam buku ini diperkirakan
terjadi pada masa ±5000 tahun yang
silam.
Buku ini telah mencatat kehidupan
dua saudara sepupu yakni Kurawa
dan Pandawa yang hidup di tepian
sungai Gangga meskipun akhirnya
berperang di Kurukshetra. Namun
yang membuat orang tidak habis
berpikir adalah kenapa perang pada
masa itu begitu dahsyat? Padahal jika
dengan menggunakan teknologi
perang tradisional, tidak mungkin
bisa memiliki kekuatan yang sebegitu
besarnya.
Spekulasi baru dengan berani
menyebutkan perang yang
dilukiskan tersebut, kemungkinan
adalah semacam perang nuklir!
Perang pertama kali dalam buku
catatan dilukiskan seperti berikut
ini: bahwa Arjuna yang gagah
berani, duduk dalam Weimana
(sarana terbang yang mirip pesawat
terbang) dan mendarat di tengah air,
lalu meluncurkan Gendewa,
semacam senjata yang mirip rudal/
roket yang dapat menimbulkan
sekaligus melepaskan nyala api yang
gencar di atas wilayah musuh. seperti
hujan lebat yang kencang,
mengepungi musuh, dan
kekuatannya sangat dahsyat.
Dalam sekejap, sebuah bayangan
yang tebal dengan cepat terbentuk di
atas wilayah Pandawa, angkasa
menjadi gelap gulita, semua kompas
yang ada dalam kegelapan menjadi
tidak berfungsi, kemudian badai
angin yang dahsyat mulai bertiup
wuuus..wuuus.. disertai dengan debu
pasir. Burung-burung bercicit panik
seolah-olah langit runtuh, bumi
merekah. Matahari seolah-olah
bergoyang di angkasa, panas
membara yang mengerikan yang
dilepaskan senjata ini, membuat
bumi bergoncang, gunung bergoyang,
di kawasan darat yang luas,
binatang-binatang mati terbakar dan
berubah bentuk, air sungai kering
kerontang, ikan udang dan lainnya
semuanya mati. Saat roket meledak,
suaranya bagaikan halilintar,
membuat prajurit musuh terbakar
bagaikan batang pohon yang
terbakar hangus.
Jika akibat yang ditimbulkan oleh
senjata Arjuna bagaikan sebuah
badai api, maka akibat serangan
yang diciptakan oleh bangsa Alengka
juga merupakan sebuah ledakan
nuklir dan racun debu radioaktif.
Gambaran yang dilukiskan pada
perang dunia ke-2 antara Rama dan
Rahwana lebih membuat orang
berdiri bulu romanya dan merasa
ngeri: pasukan Alengka menumpangi
kendaraan yang cepat, meluncurkan
sebuah rudal yang ditujukan ke
ketiga kota pihak musuh. Rudal ini
seperti mempunyai segenap kekuatan
alam semesta, terangnya seperti
terang puluhan matahari, kembang
api bertebaran naik ke angkasa,
sangat indah. Mayat yang terbakar,
sehingga tidak bisa dibedakan, bulu
rambut dan kuku rontok terkelupas,
barang-barang porselen retak,
burung yang terbang terbakar
gosong oleh suhu tinggi. Demi untuk
menghindari kematian, para prajurit
terjun ke sungai membersihkan diri
dan senjatanya.
Banyak spekulasi bermunculan dari
peristiwa ini, diantaranya ada
sebuah spekulasi baru dengan berani
menyebutkan bahwa perang
Mahabarata adalah semacam perang
NUKLIR!!
Tapi, benarkah demikian yang
terjadi sebenarnya? Mungkinkah
jauh sebelum era modern seperti
masa kita ini ada sebuah peradaban
maju yang telah menguasai teknologi
nuklir? Sedangkan masa sebelum
4000 SM dianggap sebagai masa
prasejarah dimana peradaban
Sumeria dianggap peradaban tertua
didunia tidak ditemukan kemajuan
semacam ini?
Namun selama ini terdapat berbagai
diskusi, teori dan penyelidikan
mengenai kemungkinan bahwa dunia
pernah mencapai sebuah peradaban
yang maju sebelum tahun 4000 SM.
Teori Atlantis, Lemuria, kini makin
diperkuat dengan bukti tertulis
seperti percakapan Plato mengenai
dialog Solon dan pendeta Mesir kuno
mengenai Atlantis, naskah kuno
Hinduisme mengenai Ramayana &
Bharatayudha mengenai dinasti
Rama kuno, dan bukti arkeologi
mengenai peradaban Monhenjo-
Daroo, Easter Island dan Pyramid
Mesir maupun Amerika Selatan.
Penelusuran fakta ilmiah
Akhir-akhir ini perhatian saya
tertuju pada sebuah teori mengenai
kemungkinan manusia pernah
memasuki zaman nuklir lebih dari
6000 tahun yang lalu. Peradaban
Atlantis di barat, dan dinasti Rama di
Timur diperkirakan berkembang dan
mengalami masa keemasan antara
tahun 30.000 SM hingga 15.000 SM.
Atlantis memiliki wilayah mulai dari
Mediteranian hingga pegunungan
Andes di seberang Samudra Atlantis
sedangkan Dinasti Rama berkuasa di
bagian Utara India-Pakistan-Tibet
hingga Asia Tengah. Peninggalan
Prasasti di Indus, Mohenjo Daroo dan
Easter Island (Pasifik Selatan) hingga
kini belum bisa diterjemahkan dan
para ahli memperkirakan peradaban
itu berasal jauh lebih tua dari
peradaban tertua yang selama ini
diyakini manusia (4000 SM).
Beberapa naskah Wedha dan Jain
yang antara lain mengenai
Ramayana dan Mahabharata
ternyata memuat bukti historis
maupun gambaran teknologi dari
Dinasti Rama yang diyakini pernah
mengalami zaman keemasan dengan
tujuh kota utamanya ‘Seven Rishi
City’ yg salah satunya adalah
Mohenjo Daroo (Pakistan Utara).
Dalam suatu cuplikan cerita dalam
Epos Mahabarata dikisahkan bahwa
Arjuna dengan gagah berani duduk
dalam Weimana (sebuah benda mirip
pesawat terbang) dan mendarat di
tengah air, lalu meluncurkan
Gendewa, semacam senjata yang
mirip rudal/roket yang dapat
menimbulkan sekaligus melepaskan
nyala api yang gencar di atas
wilayah musuh, lalu dalam sekejap
bumi bergetar hebat, asap tebal
membumbung tinggi diatas
cakrawala, dalam detik itu juga
akibat kekuatan ledakan yang
ditimbulkan dengan segera
menghancurkan dan menghanguskan
semua apa saja yang ada disitu.
Yang membuat orang tidak habis
pikir, sebenarnya senjata semacam
apakah yang dilepaskan Arjuna
dengan Weimana-nya itu?
Ada beberapa penelitian yang
berusaha menguak tabir misteri
kehidupan manusia di masa lampau
ini. Tentang bagaimana kehidupan
sosial hingga kemajuan ilmu dan
teknologi mereka. Beberapa waktu
belakangan banyak hasil penelitian
yang mengejutkan. Dan dari
berbagai sumber yang telah saya
pelajari, secara umum
penggambaran melalui berbagai
macam teori dan penelitian
mengenai subyek ini telah pula
memberikan beberapa bahan kajian
yang menarik, antara lain adalah:
Permulaan sebelum dua milyar
tahun hingga satu juta tahun dari
peradaban manusia sekarang ini
teryata telah terdapat peradaban
manusia. Dalam masa-masa yang
sangat lama ini terdapat berapa
banyak peradaban yang demikian
maju namun akhirnya menuju pada
sebuah kebinasaan? Dan penyebab
kebinasaan itu adalah tiada lain
akibat peperangan yang pernah
terjadi.
Atlantis dan Dinasti Rama pernah
mengalami masa keemasan (Golden
Age) pada saat yang bersamaan
(30.000-15.000 SM). Keduanya sudah
menguasai teknologi nuklir.
Keduanya memiliki teknologi
dirgantara dan aeronautika yang
canggih hingga memiliki pesawat
berkemampuan dan berbentuk
seperti UFO (berdasarkan beberapa
catatan) yang disebut Vimana
(Rama) dan Valakri (Atlantis).
Penduduk Atlantis memiliki sifat
agresif dan dipimpin oleh para
pendeta (enlighten priests), sesuai
naskah Plato. Dinasti Rama memiliki
tujuh kota besar (Seven Rishi’s City)
dengan ibukota Ayodhya dimana
salah satu kota yang berhasil
ditemukan adalah Mohenjo-Daroo.
Persaingan dari kedua peradaban
tersebut mencapai puncaknya
dengan menggunakan senjata nuklir.
Para ahli menemukan bahwa pada
puing-puing maupun sisa-sisa
tengkorak manusia yang ditemukan
di Mohenjo-Daroo mengandung
residu radio-aktif yang hanya bisa
dihasilkan lewat ledakan
Thermonuklir skala besar. Dalam
sebuah seloka mengenai
Mahabharata, diceritakan dengan
kiasan sebuah senjata penghancur
massal yang akibatnya mirip sekali
dengan senjata nuklir masa kini.
Beberapa Seloka dalam kitab Wedha
dan Jain secara eksplisit dan lengkap
menggambarkan bentuk dari
‘wahana terbang’ yang disebut
‘Vimana’ yang ciri-cirinya mirip
piring terbang masa kini. Sebagian
besar bukti tertulis justru berada di
India dalam bentuk naskah sastra,
sedangkan bukti fisik justru berada
di belahan dunia barat yaitu Piramid di Mesir
Krishna memiliki 16.108 istri dan masing-masing istri melahirkan sepuluh anak laki-laki/putra, mereka seperti ayahandanya Sri Krishna mereka di berkahi kekuatan, keindahan, kebijaksanaan, ketenaran, kekayaan dan penolakan/keangkuhan. Berikut adalah 10 nama-nama putra Sri Krishna dari 8 Ratunya.
  1. Ratu Rukmini, Sri Krishna memiliki sepuluh putra : Pradyumna, Carudesna, Sudesna, Carudeha, Sucaru, Carugupta, Bhadracaru, Carucandra, Vicaru dan Caru. Tak satu pun dari mereka yang rendah dalam kualitas mereka seperti ayahandanya Sri Krishna.
  2. Ratu Satyabhama memiliki sepuluh putra, dan nama-nama mereka adalah sebagai berikut : Bhanu, Subhanu, Svarbhanu, Prabhanu, Bhanuman, Candrabhanu, Brhadbhanu, Atibhanu, Sribhanu dan Pratibhanu.
  3. Ratu Jambavati, memiliki sepuluh putra yang dipimpin oleh Samba. Nama-nama mereka adalah sebagai berikut : Samba, Sumitra, Purujit, Satajit, Sahasrajit, Vijaya, Citraketu, Vasuman, Dravida dan Kratu. Sri Krishna secara khusus sangat sayang kepada putra-putra Jambavati.
  4. Ratu Satya, putri Raja Nagnajit, Sri Krishna memiliki sepuluh putra. Mereka adalah sebagai berikut : Vira, Candra, Asvasena, Citragu, Vegavan, Vrsa, Ama, Sanku, Vasu dan Kunti. Di antara mereka, Kunti adalah yg terkuat.
  5. Ratu Kalindi dan putra-putra mereka adalah sebagai berikut : Sruta, Kavi, Vrsa, Vira, Subahu, Bhadra, Santi, Darsa, Purnamasa dan yang termuda, Somaka.
  6. Ratu Laksmana, putri Raja provinsi Madras, dia melahirkan sepuluh putra, nama-nama mereka : Praghosa, Gatravan, Simha, Bala, Prabala, Urdhvaga, Mahasakti, Saha, Oja dan Aparajita.
  7. Ratu Mitravinda memiliki sepuluh putra. Mereka adalah sebagai berikut : Vrka, Harsa, Anila, Grdhra, Vardhana, Unnada, Mahamsa, Pavana, Vahni dan Ksudhi.
  8. Ratu Bhadra memiliki sepuluh putra, nama-nama putranya : Sangramajit, Brhatsena, Sura, Praharana, Arijit, Jaya, Subadra, Vama, Ayur dan Satyaka.
Selain delapan ratu kepala, Sri Krishna memiliki 16.100 istri lainnya, dan semua dari mereka masing-masing memiliki sepuluh putra.

Putra tertua dari Rukmini yaitu Pradyumna, menikah dengan Mayavati, dan setelah itu ia menikah lg dengan Rukmavati, putri dari paman dari pihak ibu, Rukmi (kakak Rukmini). Dari Rukmavati, Pradyumna memiliki seorang putra bernama Aniruddha. Rukmi, kakak dari Rukmini istri pertama Sri Krishna, dalam pertarungannya dengan Sri Krishna sangat dilecehkan dan dihina, tapi atas permintaan Rukmini hidupnya diselamatkan. Sejak saat itu Rukmi menyimpan dendam besar terhadap Sri Krishna dan selalu bertentangan dengan-Nya. Namun demikian, putrinya Rukmi menikah dengan putra Sri Krishna, dan cucu Rukmi menikah dengan cucunya Sri Krishna anak dari Aniruddha. Kenyataan ini tampaknya menakjubkan bagi Maharaja Pariksit ketika ia mendengar dari Sukadeva Gosvami . " Saya terkejut bahwa Rukmi dan Sri Krishna, yang begitu sangat bertentangan satu sama lain, bisa lagi dipersatukan oleh hubungan perkawinan antara keturunan mereka. " Maharaja Pariksit ingin tahu tentang misteri kejadian tersebut, dan karena itu ia bertanya lebih lanjut kepada Sukadeva Gosvami. Karena Sukadeva Gosvami adalah seorang yogi dan tidak akan menyembunyikan wawasan pengetahuannya. Seorang yogi yang sempurna seperti Sukadeva Gosvami dapat melihat masa lalu, sekarang dan masa depan di semua rincian. Ketika Maharaja Pariksit bertanya kepada Sukadeva Gosvami, Sukadeva Gosvami menjawab sebagai berikut :

Rukmavati, tidak bisa memilih suami selain Pradyumna (putra tertua dari Sri Krishna yg lahir dari Rukmini) dalam svayamvar/sayembara karena Pradyumna begitu tampan dan menarik hati. Oleh karena itu, dalam pertemuan seleksi Rukmawati memberikan karangan bunganya kepada Pradyumna di hadapan semua pangeran lainnya. Ketika ada perkelahian antara para pangeran, Pradyumna keluar sebagai pemenang dan karena itu Rukmi terpaksa memberikan putrinya yang cantik kepada Pradyumna. Meskipun permusuhan selalu menyala di hati Rukmi karena ia dihina oleh Sri Krishna dalam penculikan adiknya, Rukmini. Ketika putrinya memilih Pradyumna sebagai suami, Rukmi tidak bisa menolak dan menyetujui upacara pernikahan, yg sebenarnya hanya untuk menyenangkan adiknya, Rukmini. Selain kesepuluh anak yang dijelaskan di atas, Rukmini memiliki satu putri yang cantik dengan mata besar dan ia menikah dengan putra Krtavarma, yang bernama Bali.

Meskipun Sri Krishna adalah musuh yang bebuyutan Rukmi, ia memiliki kasih sayang yang besar kepada adiknya, Rukmini, dan ia ingin menyenangkan hatinya dalam segala hal. Ketika cucu Rukmini, Aniruddha akan menikah, Rukmi menawarkan Rocana cucunya untuk menikah dengan Aniruddha. Pernikahan tersebut antara sepupu langsung sangat tidak disetujui oleh kitab pustaka Weda, tetapi untuk menyenangkan Rukmini, Rukmi menawarkan putrinya dan cucu ke anak dan cucu dari Sri Krishna. Ketika negosiasi pernikahan Aniruddha dengan Rocana selesai, pesta pernikahan besar dilaksanakan. Dimulai dari Dvaraka mereka melakukan perjalanan sampai Bhojakata, wilayah yg Rukmi telah dijajah setelah adiknya setelah diculik oleh Sri Krishna. Pesta perkawinan ini dipimpin oleh kakeknya yaitu Sri Krishna, didampingi oleh Baladewa/Balarama, serta istri pertama Sri Krishna, Rukmini, anaknya Pradyumna, anak Jambavati yaitu Samba serta banyak kerabat dan anggota keluarga lainnya. Mereka tiba di kota Bhojakata  dan upacara perkawinan dilaksanakan.

Raja Kalinga adalah teman Rukmi dan ia memberi trik kecurangan untuk mengalahkan Balarama dalam pertaruhan bermain catur. Di antara para raja, taruhan dan perjudian di catur merupakan hal yg lumrah. Jika seorang teman menantang untuk bermain di papan catur, teman tidak bisa menolak tantangan. Sri Balarama bukanlah pemain catur yang ahli. dan Raja Kalinga menyarankan Rukmi untuk membalas dendam terhadap anggota keluarga Sri Krishna dengan menantang Baladewa dalam bermain catur. Meskipun bukan pemain catur yang ahli, Sri Balarama sangat antusias. Ia menerima tantangan Rukmi. Taruhannya adalah koin emas. Pertama-tama Balarama ditantang dengan 100 koin, kemudian 1.000 koin, selanjutnya 10.000 koin. Balarama kalah. Pada saat itu Raja Kalinga dan Rukmi memperoleh kesempatan untuk mengolok Sri Krishna dan Balarama. Raja Kalinga berbicara dengan nada bercanda dan sengaja memperlihatkan giginya ke Balarama dan mengolok dengan menyebutnya pecundang dalam permainan. Balarama bisa sedikit toleran dengan kata-kata bercandaan itu. Namun Ia menjadi agak gelisah ketika Rukmi menantangnya lagi dengan taruhan dari 100.000 koin emas. Untungnya, kali ini Balarama menang. Meskipun Balarama menang dari kelicikan Rukmi, namun Rukmi mengklaim bahwa Balarama sendirilah yang licik dan pecundang dan seharusnya ia lah yang menang. Karena kebohongan ini, Balarama menjadi sangat marah. Amarahnya yang besar muncul seperti gelombang pasang di laut pada hari bulan purnama. Mata Balarama adalah memerah dan seketika Ia menjadi gusar dan matanya menjadi lebih kemerahan. Kali ini Balarama menantang dan membuat taruhan sebesar 100.000.000 koin emas.

Balarama menang lagi menurut aturan catur, tapi Rukmi licik mulai mengklaim bahwa ia lah pemenangnya. Selama pertengkaran itu ada suara ilahi menggema dari atas dan mengumumkan bahwa dalam permainan ini pemenang sebenarnya adalah Balarama, sedangkan klaim Rukmi yang menyatakan kemenangannya adalah benar-benar palsu.

Meskipun begitu, Rukmi bersikeras bahwa Balarama telah kalah. Rukmi mulai berkata mencemooh, "Balarama, Anda dua bersaudara, anak laki-laki gembala sapi saja mungkin sangat ahli dalam merawat sapi, tapi bagaimana bisa Anda menjadi ahli dalam bermain catur atau menembakkan panah di medan perang ? Mendengar perkataan semacam itu, ruangan mulai bergemuruh dengan tawa keras dari semua yang hadir di sana. Balarama menjadi sangat marah. Ia segera mengambil senjatanya, tanpa bicara lebih lanjut, dengan senjatanya Balarama memukul kepala Rukmi. Hanya satu pukulan saja, Rukmi jatuh dan mati. Rukmi dibunuh oleh Balarama pada upacara pernikahan Aniruddha.

Raja Kalinga menjadi sangat takut bahwa ia akan menjadi korban berikutnya, ia akan melarikan diri dari tempat kejadian. Sebelum ia dapat melangkah, Balarama segera menangkapnya dan karena Raja Kalingan selalu menunjukkan giginya ketika mengolok-olok Balarama dan Sri Krishna. Dengan segera Balarama merontokkan semua gigi Raja Kalinga dengan senjatanya itu. Para pangeran lain yang mendukung Raja Kalinga dan Rukmi juga ditangkap. Balarama memukuli mereka semua dengan senjatanya. Mereka tidak mencoba untuk membalas tapi pikir bijaksana dengan melarikan diri dari kejadian berdarah tersebut.

Selama perselisihan antara Balarama dan Rukmi, Sri Krishna tidak mengucapkan sepatah kata pun, karena Dia tahu bahwa jika Dia mendukung Baladewa, Rukmini akan bahagia dan jika Dia mengatakan bahwa pembunuhan Rukmi tidak adil, maka Baladewa akan bahagia. Oleh karena itu, Sri Krishna diam. Diapun tidak mengubah hubungan kasih sayang-Nya dengan Balarama ataupun dengan Rukmini.
Di episode sebelumnya, kita telah banyak melihat ritual pernikahan yang ditayangkan di Mahabharata. Beberapa dari kalian mungkin menanyakan maksud dari ritual tersebut dan apakah artinya. Sedikit akan saya coba bahas di sini. Postingan ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang tradisi pernikahan yang belum kita kenal sebelumnya.
1. Pengambilan Sumpah. Sebelum upacara inti berlangsung, para mempelai mengambil sumpah secara bersamaan di depan api suci. Dalam tradisi upacara Hindu, api merupakan elemen penting yang bertindak sebagai saksi dari upacara yang sedang dilaksanakan. Para mempelai membawa sedikit air suci dan menyebutkan sumpah mereka. Setelah itu air tersebut dituangkan ke dalam api suci dan berdoa memohon kelancaran upacara pernikahan. Air melambangkan sumpah dan janji pernikahan yang suci, bersih, dan dapat memadamkan api2 pertengkaran dlm kehidupan suami istri.
2. Persembahan. Setelah pengambilan sumpah, para mempelai dibacakan doa2 dan mempersembahkan berbagai macam benda (bunga, daun, air, susu, minyak ghee, dll) ke dalam api suci. Pertama2 mereka melempar benda2 tersebut secara masing2 dan kemudian bersamaan (tangan kanan mempelai pria dibawah tangan kanan mempelai wanita). Hal ini bermakna setelah memasuki kehidupan berumah tangga, diharapkan kedua mempelai dapat terus menjalankan kewajiban sebagai pemeluk agama yang taat dan tidak lupa mempersembahkan apapun yang dimiliki baik pribadi maupun bersama.
3. Pemutaran api suci. Pemutaran ini dilakukan 4 kali searah jarum jam. Kain di ujung belakang mempelai pria di ikatkan ke ujung depan kain mempelai wanita. Ikatan ini menandakan hubungan suami istri yang terus melekat dan tidak pernah putus. 3 putaran pertama dipimpin oleh mempelai pria sebagai calon kepala keluarga. Selama putaran ini berlangsung, mempelai pria mengucapkan sumpahnya. Putaran pertama ditujukan kepada Tuhan, dimana mempelai pria bersumpah untuk tidak melupakan kewajiban kepada Tuhan dan menjunjung tinggi dharma. Putaran kedua ditujukan kepada istri, dimana mempelai pria bersumpah untuk selalu menjaga kehormatan istri, mensejahterakannya, dan setia kepadanya. Putaran ketiga ditujukan kepada keluarga dan keturunan mereka. Putaran ke empat dipimpin oleh mempelai wanita. Pada putaran ini mempelai wanita memanjatkan doa untuk sang suami agar diberi kesehatan, dan kemakmuran, juga menyatakan kesediaan sang istri untuk merawat suami dan keluarga seumur hidup serta menjaga kehormatan suami dan keturunan mereka.

sumber : Hindu Samskaras (Vivaha) - Vedic Dharmic Studies Vol. 6 2003
Pencarian dan Keyakinan Seorang Bhakta
Dewi Drupadi histeris, lima putra dan semua saudaranya terbunuh pada malam hari selagi tidur seusai perang Bharatayuda. Aswatama telah membunuh seluruh keturunan Pandawa yang masih hidup, sebagai balas dendam atas kematian Drona, ayahandanya, yang menurutnya dilakukan Pandawa dengan penuh tipu muslihat. Arjuna bersama Sri Krishna mengejar Aswatama yang bersembunyi di pertapaan Abyasa, kakek para Pandawa dan Hastina. Saat Arjuna menemukan Aswatama, mereka berperang tanding. Akhirnya, Bramastra, senjata Brahma, senjata sangat canggih dari Aswatama dilepaskan. Arjuna merasakan bulu kuduknya meremang, dan diingatkan Sri Krishna untuk segera melepaskan senjata yang sama.
Saat kedua senjata mengudara, Abyasa berteriak menggelegar, “Batalkan segera arah senjata-senjata itu, apabila sempat bertemu dunia akan musnah dan kalian berdua harus menanggung akibatnya! “Arjuna dapat mengendalikan dan menarik kembali senjatanya. Akan tetapi tidak demikian dengan Aswatama, dia belum mahir mengendalikan senjata tersebut dan agar tidak kembali dan membunuh dirinya maka senjata itu diarahkannya ke calon cucu Pandawa yang masih berada dalam kandungan, agar habis anak keturunan Pandawa.
Dewi Utari merasa ada sebuah gumpalan energi gelap mengejar dan mengancam kehidupan kandungannya dan dia memanggil nama Sri Krishna. Dewi Utari merasakan bahwa Sri Krishna memintanya duduk diam, menutup mata dan berdoa. Dewi Utari merasakan kedamaian, dan dalam bayangannya Sri Krishna telah masuk ke dalam kandungannya menunggu bramastra datang, kemudian menangkap dan membawa senjata itu keluar dari tubuhnya. Ada rasa kelegaan setelah bahaya yang mengancam bayi dalam kandungannya hilang. Bayinya telah diselamatkan Sri Krishna.
Aswatama kalah berperang tanding dengan Arjuna dan akhirnya diikat dengan tali dan digelandang secara memalukan. Sudah sepantasnya, karena dia telah membunuh putra-putra Pandawa di malam hari tanpa memperhatikan etika. Ternyata Drupadi minta Aswatama dilepaskan, dia ingat bahwa ibu Aswatama akan merana bila dia dibunuh. Rupanya Drupadi telah dapat merasakan kesedihan seorang ibu yang putranya terbunuh. Arjuna berada dalam dilema, Drupadi, Yudistira dan kedua adiknya nampak mengharapkan agar Aswatama dilepaskan, sedangkan Bhima yang marah nampak mengharapkan dia untuk membunuh Aswatama. Arjuna memandang Sri Krishna yang tersenyum, seakan menunggu kebijakan apa yang akan dilakukan oleh dirinya. Arjuna paham maksud Sri Krishna, dan Arjuna memotong rambut kebrahmanaan Aswatama, mengambil permata di dahinya, dan mengusir Aswatama. Sebuah solusi yang tepat. Nampak kelegaan pada wajah Bhima maupun yang lainnya. Akan tetapi bagi Aswatama itu adalah sebuah penghinaan yang amat keji. Menurut dia lebih baik dibunuh daripada diperlakukan sedemikian tidak hormat. Dia pergi dan dalam hati bertekad, “Ada suatu masa dimana anak keturunanku di Arwa Sthan menaklukkan negara anak cucu kalian!”
Kala Dewi Utari melahirkan, bayi putra almarhum Abimanyu tersebut diberi nama Wisnurata, karena dia telah dilindungi “Sang Wisnu” dan merupakan hadiah bagi kelangsungan dinasti Bharata. Akan tetapi Sri Krishna memanggilnya sebagai Parikesit, karena sejak masih dalam gendongan ia selalu memeriksa setiap orang yang ditemuinya, apakah orang yang ditemuinya adalah Sri Krishna yang menyelamatkannya ketika masih berada dalam kandungan ibunya atau bukan.
Parikesit begitu berbahagia kala melihat Sri Krishna, dan tanpa ragu tubuhnya bergerak-gerak dan menangis, minta dipangku Kakek Krishna. Suasana begitu hening, ada keharuan tak terkatakan saat Sri Krishna menggendong Parikesit. Semua orang di tempat kejadian tersebut menahan napas, dan air mata mereka meleleh tanpa henti menyaksikan luapan kasih antara seorang bayi dengan Sri Krishna. Bulu kuduk mereka meremang menyaksikan pertemuan antara dua jiwa suci. Isak tangis tertahan-tahan sahut-menyahut membangkitkan suasana haru. Mata bayi Parikesit dan Sri Krishna berkaca-kaca.
Beberapa hari setelah kelahiran Parikesit, Sri Krishna mohon pamit untuk kembali ke Dwaraka negara yang telah beberapa lama ditinggalkannya. Malam hari sebelum keberangkatan dirinya, Sri Krishna ditemui Dewi Kunti, adik dari ayahanda Sri Krishna. Adalah Dewi Kunti, ibu dari Pandawa yang menemuinya secara khusus. Dewi Kunti, adalah seorang wanita lansia yang telah menjadi nenek buyut dengan kelahiran Parikesit. Putra sulung Dewi Kunti, Yudistira pun sudah tua. Akan tetapi gurat kecantikan dan ketabahan dalam menghadapi berbagai penderitaan masih nampak yang membuat wajah Dewi Kunti nampak tegar dan dipenuhi sinar kasih.
Nampaknya sudah begitu lama, tumpukan kegelisahan yang ingin disampaikan kepada Sri Krishna tertahan oleh perasaan sungkan, dan kini ada kesempatan untuk mengungkapkannya. “Sri Krishna, aku adalah seorang yang bodoh, aku belum belajar Weda dan Brahmawidya, akan tetapi aku mengetahui kebenaran bahwa Engkau adalah Iswara, Tuhan yang mewujud. Engkau telah menyelamatkan putra-putraku berkali-kali. Engkau tahu bahwa Karna, putraku adalah seorang kesatria sejati yang pilih tanding, akan tetapi belum selaras dengan kebiasaan Pandawa yang sederhana. Engkau biarkan dia mati untuk menjunjung derajat kekesatriaanya, dan dikalahkan oleh putra tersakti sejagad, Arjuna. Putra-putra kami mendapatkan kerajaan kembali karena Engkau. Kala putra-putraku dalam kesusahan Engkau selalu datang membantu. Bahkan aku tahu, kala Drupadi dipermalukan oleh para Korawa, dan dia tidak dapat meminta tolong pada Pandawa maupun Bhisma Putra Gangga, maka dia berteriak memanggil nama-Mu dan keajaiban terjadi, kainnya yang dilepaskan oleh Dursasana tak bisa habis karena kekuatan-Mu. Dia selamat karena dilindungi oleh-Mu”.
“Krishna ijinkan aku minta satu anugerah dari-Mu, semoga kesulitan demi kesulitan datang padaku agar aku selalu mengingat diri-Mu. Orang-orang bangsawan yang dilahirkan kaya dengan derajat yang tinggi mudah melupakan-Mu. Mereka cerdas mengetahui Weda akan tetapi diri mereka penuh ego dan angkuh karena kelebihan mereka. Aku percaya bahwa kau dilahirkan ke dunia untuk memenuhi janji-Mu bagi Sutapa dan Prisni. Engkau lahir untuk meringankan bunda bumi yang merasa terlalu berat dibebani adharma yang merajalela. Sri Krishna, tolong berilah aku pikiran untuk selalu terarahkan kepada-Mu. Seperti Sungai Gangga mengalir dengan tulus ikhlas ke samudera dan tidak tertambat dengan berbagai keindahan di perjalanannya.” Dan perempuan sepuh tersebut berlutut dan menyembah kaki keponakannya.
Dewi Kunti terpanggil swadharmanya untuk mendampingi Pandawa di kala mereka mendapat kesusahan hidup. Setelah mereka menang perang Dewi Kunti tak ingin menikmati kesenangan duniawi. Selama masih menginginkan kesenangan duniawi, berarti dia belum sepenuhnya pasrah kepada Tuhan. Adanya keinginan duniawi menghambat keberadaan Tuhan di dalam diri. Dengan pasrah pada Tuhan, kehidupannya di dunia pun akan menjadi tanggungan-Nya. Sri Krishna segera mengangkat tubuh bibinya, dan berkata pelan, “Semoga demikian Bibi Kunti”. Dan butiran-butiran air mata jatuh dari kelopak mata Dewi Kunti dan Sri Krishna. Butiran air mata seorang Awatara yang membasahi bunda bumi, dan menghidupkan semangat bunda bumi. Seakan-akan Sri Krishna memberkati bahwa setelah kepulangannya ke Dwaraka, Dewi Kunti akan meninggalkan istana, hidup sebagai Sanyasi di hutan, mendekatkan diri pada Tuhan sampai maut menjemputnya. Tubuh Dewi Kunti boleh tua dan memang harus mengalami ketuaan, tetapi semangatnya untuk mengabdi kepada Tuhan selalu muda. Karena Dewi Kunti, begitu yakin dengan kebijakan Sri Krishna, Dia yang bersemayam dalam hati nurani umat manusia.
Subadra dan Arjuna telah mencapai batas kota Dwaraka,, mereka bingung memikirkan cara untuk menikah. selain itu Arjuna merasa khawatir akan apa yg akan dilakukan Sengkuni setelah ini,, akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke 'mandap' yg memang dipersiapkan untuk pernikahan Subadra
dan benar saja,, di 'mandap',, Sengkuni memanas-manasi Raja Derstarata. Derstarata yg marah hendak pergi. Krisna meminta Ibu Kunti utk bersedia menyambut adiknya setelah menikah nanti. namun Kunti berkata bahwa penyambutan hanya bisa dilakukan oleh raja dan ratu. lalu Krisna berkata bila raja dan ratu Hastinapura tidak bersedia menyambut mempelai berarti Hastinapura menganggap Indraprasta adalah sebuah negara yg merdeka. akhirnya Bisma menyarankan Raja untuk memberikan penyambutan kpd mempelai. Duryudana semakin geram,, begitupula dgn Sengkuni yg menyatakan bahwa mulai hari itu Krisna adalah musuhnya.
Arjuna dan Subadra tiba di 'mandap'. Ibu Kunti sangat senang dpt bertemu Arjuna dan melepaskan kerinduannya pd anaknya.
di Indraprasta,, Drupadi sdg menjalani upacara penebusan dosa sambil menanti kedatangan Arjuna
sedangkan di Dwaraka,, upacara pernikahan Arjuna n Subadra sedang dilangsungkan. setelah menyelesaikan upacara,, mempelai meminta restu kepada Raja dan Ratu Hastinapura,, setelah memberikan restunya Raja dan Ratu bergegas pergi (ngambek nih..). saat mempelai meminta restu kpd Bisma,, Bisma menolak krn menanggap pengantin telah melakukan perbuatan Adharma dgn memberikan penghinaan kpd bangsa Kuru krn melanggar tradisi. Krisna memberi penjelasan bahwa tradisi yg sudah tua usang dimakan waktu maka perlu sebuah pembaharuan. semua orang yg mendengarkan penjelasan Krisna ini merasa terkesan terkecuali Sengkuni dan Duryudana...