Senin, 04 Agustus 2014

Karna adalah putra Dewa Surya dan Kunti. Ia lahir karena Kunti mengucapkan mantra pemanggil dewa, dan yang ia panggil Dewa Surya. Untuk menghilangkan aib, Kunti "membuang" Karna ke sungai. Bayi Karna ditemukan oleh kusir Hastina, Adirata, dan sejak itu Karna diadopsi menjadi anak Adirata. Beranjak dewasa ia mencari guru memanah, ditolak oleh Drona ia tidak putus asa, ia pun berguru pada Parasurama, walaupun harus berbohong bahwa ia keturunan Brahmana.
Waktu berlalu dan Karna sudah menjadi pemanah yang sebanding dengan Arjuna. Dan Parasurama pun mengetahui kalau Karna sebenarnya adalah putra kusir kuda atau Sutaputra. Parasurama pun mengutuknya, jika ia lupa akan ilmunya, disitulah maut akan menjemput.
Ketika Hastinapura mengadakan kompetisi para murid Drona, Karna ingin ikut serta, tapi semua orang menolaknya karena keturunannya. Karna pun protes karena ia beranggapan jika kemampuan setiap orang tidak bisa dibedakan berdasarkan keturunan. Tapi Duryudana pun mengangkat Karna menjadi raja di Angga, yang menjadikannya naik kasta, ia pun dapat bertanding dalam kompetisi. Dan dalam kompetisi itu, Kunti pun tahu bahwa penantang baru itu adalah anaknya, Karna.
Karna tidak mengetahui siapa orang tua yang sebenarnya. Ia hanya tahu, ia anak kusir kuda. Namun ketika Krishna menjadi duta Pandawa ke Hastina, ia diberitahu bahwa ia adalah putra Kunti. Dan ketika Kunti mengajaknya bergabung dengan Pandawa, Karna menolaknya. Dengan alasan, ia menjadi seperti sekarang ini atas kebaikan hati Duryudana, dan ia harus membalas budi kepada Duryudana.
Ketika perang Kurusetra berkecamuk, ia memihak Kurawa sebagai balas budinya kepada Duryudana yang telah mengangkat derajatnya. Ia memiliki andil besar dalam perang. Ialah yang membunuh Gatotkacha. Pada perang hari ke 15, Karna yang sudah berpangkat jenderal dalam perang Kurusetra, berperang melawan Arjuna. Ia menaiki kereta perang dengan kusir Raja Shalya dari Madra. Saat roda keretanya terperosok kedalam lubang, ia mendorong roda keretanya itu. Krishna pun meyakinkan Arjuan ini saat yang tepat mengakhiri riwayat raja Angga itu. Dan benar saja, panah Arjuna menancap di leher Karna. Sebelum tewas, ia masih sempat bertemu dengan Kunti, ibu kandungnya, Radha, ibu tirinya, dan Vrishali, istrinya. Kunti pun memberi tahu jika Karna sebenarnya adalah saudara tertua para Pandawa. Kelima Pandawa pun masih sempat menyentuh kaki Karna untuk memberikan kehormatan kepada kakak tertua mereka itu.
Karna pun gugur sebagai pahlawan. Ia pantas disebut tokoh anti diskriminasi. Karena mottonya adalah setiap orang bebas memiliki kemampuan lebih tanpa memandang dari kasta mana ia berasal.

0 komentar:

Posting Komentar