Senin, 04 Agustus 2014

Karna adalah putra Dewa Surya dan Kunti. Ia lahir karena Kunti mengucapkan mantra pemanggil dewa, dan yang ia panggil Dewa Surya. Untuk menghilangkan aib, Kunti "membuang" Karna ke sungai. Bayi Karna ditemukan oleh kusir Hastina, Adirata, dan sejak itu Karna diadopsi menjadi anak Adirata. Beranjak dewasa ia mencari guru memanah, ditolak oleh Drona ia tidak putus asa, ia pun berguru pada Parasurama, walaupun harus berbohong bahwa ia keturunan Brahmana.
Waktu berlalu dan Karna sudah menjadi pemanah yang sebanding dengan Arjuna. Dan Parasurama pun mengetahui kalau Karna sebenarnya adalah putra kusir kuda atau Sutaputra. Parasurama pun mengutuknya, jika ia lupa akan ilmunya, disitulah maut akan menjemput.
Ketika Hastinapura mengadakan kompetisi para murid Drona, Karna ingin ikut serta, tapi semua orang menolaknya karena keturunannya. Karna pun protes karena ia beranggapan jika kemampuan setiap orang tidak bisa dibedakan berdasarkan keturunan. Tapi Duryudana pun mengangkat Karna menjadi raja di Angga, yang menjadikannya naik kasta, ia pun dapat bertanding dalam kompetisi. Dan dalam kompetisi itu, Kunti pun tahu bahwa penantang baru itu adalah anaknya, Karna.
Karna tidak mengetahui siapa orang tua yang sebenarnya. Ia hanya tahu, ia anak kusir kuda. Namun ketika Krishna menjadi duta Pandawa ke Hastina, ia diberitahu bahwa ia adalah putra Kunti. Dan ketika Kunti mengajaknya bergabung dengan Pandawa, Karna menolaknya. Dengan alasan, ia menjadi seperti sekarang ini atas kebaikan hati Duryudana, dan ia harus membalas budi kepada Duryudana.
Ketika perang Kurusetra berkecamuk, ia memihak Kurawa sebagai balas budinya kepada Duryudana yang telah mengangkat derajatnya. Ia memiliki andil besar dalam perang. Ialah yang membunuh Gatotkacha. Pada perang hari ke 15, Karna yang sudah berpangkat jenderal dalam perang Kurusetra, berperang melawan Arjuna. Ia menaiki kereta perang dengan kusir Raja Shalya dari Madra. Saat roda keretanya terperosok kedalam lubang, ia mendorong roda keretanya itu. Krishna pun meyakinkan Arjuan ini saat yang tepat mengakhiri riwayat raja Angga itu. Dan benar saja, panah Arjuna menancap di leher Karna. Sebelum tewas, ia masih sempat bertemu dengan Kunti, ibu kandungnya, Radha, ibu tirinya, dan Vrishali, istrinya. Kunti pun memberi tahu jika Karna sebenarnya adalah saudara tertua para Pandawa. Kelima Pandawa pun masih sempat menyentuh kaki Karna untuk memberikan kehormatan kepada kakak tertua mereka itu.
Karna pun gugur sebagai pahlawan. Ia pantas disebut tokoh anti diskriminasi. Karena mottonya adalah setiap orang bebas memiliki kemampuan lebih tanpa memandang dari kasta mana ia berasal.
sesampainya di Kandawaprastha,, Drupadi melakukan persembahan kepada pertiwi. seketika langit menjadi gelap dan petir menyambar2. ternyata ini adalah ulah Taksaka yang tidak senang dengan kehadiran manusia di wilayahnya. masih dalam kebingungan,, tiba2 rombongan Pandawa dikejutkan dengan serangan ribuan ular ilusi yang diperintahkan Taksaka untuk menggigit siapa saja. Pandawa berusaha melindungi rakyatnya dengan menyingkirkan ular2 itu,, bahkan Drupadi turut mengangkat senjata. lalu dari dalam tanah muncul seekor ular raksasa berkepala tujuh yang merupakan jelmaan Taksaka. Arjuna mengambil busur dan menembakkan anak panahnya yg mengenai dada dari salah satu badan ular,, ular berkepala tujuh itu pun menampakkan wujud asli Taksaka. karena telah terluka Taksaka kembali masuk ke dalam hutan maya. setelah kepergian Taksaka serangan ular pun berhenti. Pandawa dan Drupadi tertegun melihat sekelilingnya yang porak poranda. tubuh rakyatnya bergelimpangan,, perabotan yang dibawanya pun hancur berserakan. Drupadi yg gusar mendesak Pandawa agar mencari solusi untuk situasi ini. Arjuna meminta bantuan dari dewa Agni utk menghancurkan ilusi yg telah diciptakan Mayasur tanpa merusak hutan dan seluruh isinya termasuk pasukan ular Taksaka,, karena hanya ular2 tersebut yg bisa menyembuhkan rakyat mereka. Arjuna menembakkan panah ke langit tepat di atas hutan, kemudian terjadi ledakan di langit dan tercipta bola api yg berjatuhan membakar ilusi hutan tsb. di dalam hutan,, Taksaka yg terluka parah memanggil dewa Indra dan menagih janjinya utk melindungi wilayahnya. dewa Indra pun muncul dihadapan Pandawa dan memperingati Arjuna bahwa daerah tersebut adalah dalam perlindungannya,, dan rombongan pandawa diminta pergi dari sana. namun Arjuna menolak. dewa Indra menjadi marah dan menciptakan hujan untuk memadamkan api dewa Agni. Arjuna pun mencegah tetesan hujan mencapai hutan dengan menciptakan lapisan api di atas hutan yang menguapkan seluruh tetesan air yg diturunkan dewa Indra. Taksaka meminta dewa Indra mengeluarkan senjata Vajra. Mayasura yg tidak suka dgn perselisihan ini memilih pergi meninggalkan Taksaka. dewa Indra melemparkan sebongkah batu raksasa ke arah Arjuna yg kemudian meledakkan batu raksasa itu menjadi ribuan batu yg berjatuhan ke bumi. beberapa batu tersebut mengenai Arjuna dan menimbunnya. namun Arjuna segera bangkit dan kembali menantang dewa Indra. dewa Indra yg semakin marah akhirnya mengeluarkan senjata Vajra dan melontarkannya ke arah Arjuna. Arjuna yg tak gentar sedikitpun membalas dengan melepaskan anak panah dari busur saktinya. namun tiba2 datang sebuah senjata yang melenyapkan kedua senjata yang hampir saja beradu. ternyata senjata itu adalah Cakra Sudarsana milik Basudewa Krisna
ya.. Krisna telah datang untuk menengahi pertempuran,, Krisna turun dari keretanya dan berjalan menuju Arjuna dengan senyum khasnya..
dan cerita pun berlanjut...
Krisna datang menengahi perselisihan antara Arjuna dan Dewa Indra. Dewa Indra tidak mau mengalah karena telah berjanji untuk melindungi wilayah tersebut. namun Krisna mengatakan bahwa Pandawa dan rakyat tidak bermaksud untuk mengganggu ketentraman bangsa ular. Dewa Indra pun mengambil wujud seukuran manusia dan datang kehadapan Krisna dan Arjuna dan mengatakan bahwa tantangan Arjuna telah membuatnya marah. Krisna menenangkan Dewa Indra dgn mengatakan bahwa Arjuna bukannya menantangnya namun ingin memperlihatkan keahliannya akan seni dan perang yg telah diwarisinya dr dirinya sendiri. mendengar hal ini Dewa Indrapun terkesan dan bersedia memenuhi permintaan Arjuna. sebelum mengajukan permintaan,, Arjuna mengucapkan janjinya bahwa ia berjanji akan bersedia hidup damai berdampingan dgn bangsa ular. setelah mengucapkan janji,, Arjuna mengajukan sebuah permintaan agar Dewa Indra mendirikan sebuah kota untuk mereka. sambil tersenyum bangga, Dewa Indra menyetujui hal ini dgn meminta bantuan dari Mayasura sang ahli ilusi. Taksaka yang mendengar hal ini sangat marah dan bersumpah untuk membunuh keturunan terakhir dari Arjuna.
setelah kepergian Dewa Indra,, pasukan ular mendatangi tubuh rakyat yang bergelimpangan dan menarik kembali bisa racunnya. setelah racun keluar dr tubuh mereka, rakyat kembali hidup seperti sedia kala. di hadapan Arjuna dan Krisna,, Mayasura muncul dan meminta maaf. Krisna pun memaafkan dan memberikan sedikit nasehat kpd Mayasura. Mayasura berterimakasih krn telah dimaafkan dan berjanji akan membantu Pandawa di kemudian hari.
setelah Mayasur menghilang, Krisna menyuruh Arjuna utk minta bantuan Dewa Agni utk memadamkan api. setelah mengucapkan pujian kpd Dewa Agni,, seketika api padam,, Dewa Agni pun mucul di hadapan Arjuna dan Krisna. Dewa Agni merasa sangat puas dgn apa yg dilakukan Arjuna krn telah diberi kesempatan utk memurnikan sesuatu (dlm hal ini hutan ilusi). oleh krn itu Dewa Agni memberikan sebuah senjata kepada Arjuna. senjata itu berupa busur sakti yang mampu meningkatkan kekuatan Arjuna,, busur itu bernama Gandiva. setelah menerima sembah sujud Arjuna, Dewa Agni menghilang.
rakyat merasa gembira karena telah diberi kehidupan kembali,, belum selesai mengungkapkan kegembiraannya,, rakyat bersama Pandawa Drupadi dan Krisna dikejutkan dengan sesuatu. tiba2 seperti muncul dari dalam tanah dgn sendirinya,, mencuat bangunan2 yang membentuk sebuah Kerajaan. semua orang melihatnya dengan terkagum2. dlm sekejap mata di depan mereka telah berdiri sebuah kota yang indah dan istana yang sangat megah dengan kepala singa sebagai simbolnya. Indraprasta, kota tersebut dinamai,, sebagai bentuk terimakasih kpd Dewa Indra. berita ini pun menyebar luas dgn segera. rakyat meluapkan kegembiraannya dengan bersorak2. namun ada satu yang tidak ikut dlm kegembiraan tsb, ialah ayah Vrushali (lupa namanya) yang kebingungan krn tidak menemukan anaknya dimanapun. ternyata Vrushali,, setelah terjun dari tebing karena menghindari gigitan ular,, terdampar di pesisir pantai di wilayah Hastinapura dan ditemukan oleh Adirata ayah Karna. Vrushali dibawa ke rumah tabib. setelah siuman Vrushali menangis menceritakan bahwa rombongan mereka diserang ular dan tidak ada yg selamat. namun tabib menyampaikan berita gembira bahwa semua rakyat yg digigit ular telah selamat. Vrushali merasa gembira dan ingin segera kembali ke Indraprasta. Vrushali pergi ke kota dan ikut bergabung dengan rakyat lain yg hendak pergi ke Indraprasta. Duryudana yg sedang berada di kota merasa tidak senang melihat hal ini,, krn hampir seluruh rakyat Hastinapura ingin pindah dan kota hampir kosong. Duryudana dan Sengkuni pun membuat rencana.
di dalam istana,, Raja telah mendengar kabar berdirinya Indraprasta. Widura mengingatkan janji Raja untuk mengirimkan dua ribu sapi dan koin emas untuk kerajaan yg baru saja terbentuk. Sengkuni yg baru datang memberikan sindiran bahwa Duryudana bersedia mengirimkan lebih banyak sapi dan koin emas tapi tidak rakyatnya. Raja yg mengerti arti sindiran Sengkuni mengeluarkan pengumuman agar tidak ada lagi rakyat yang diperbolehkan pindah. Karna pun ditugaskan untk menjalankan perintah ini.
di gerbang istana,, rakyat meninggalkan kota dalam barisan yang rapi dan teratur. tiba2 terdengar seruan Karna untuk menutup gerbang istana. rakyat pun buru2 ingin cepat melintasi gerbang. terciptalah keributan di gerbang istana. rakyat berdesak2an,, banyak yg jatuh dan terinjak. saat gerbang hampir menutup,, Karna melihat seorang anak kecil yg terpisah dgn ayahnya tepat di depan celah gerbang. Karna segera turun dan menahan gerbang sehingga anak kecil tersebut dapat keluar,, akhirnya gerbang pun tertutup. rakyat yg belum sempat keluar merasa kecewa dan memaksa minta keluar. Karna menyampaikan pengumuman Raja dan mengancam rakyat yg keluar akan dihukum. dari dalam kerumunan Vrushali maju. sebagai seorang teman,, Vrushali memohon Karna membiarkannya pergi karena ayahnya telah berada di Indraprasta,, namun Karna menolak. terjadi perdebatan dan Vrushali tetap memaksa pergi dan melewati barisan prajurit yg menghalangi rakyat. Karna memperingati Vrushali tapi ia tidak berhenti. Karna pun mengancam akan menangkapnya,, Vrushali terkejut namun tidak menghentikan langkahnya. Karna memerintahkan prajurit untuk menangkap Vrushali. tiba2 Ibu Kunti datang dan mengingatkan Karna agar tidak bertindak kejam. namun Karna tidak bisa berbuat apa2 karena ini merupakan perintah Raja. Dursasana yg sedaritadi memperhatikan perdebatan ini memperingati Ibu Kunti untuk tidak melanggar perintah Raja, namun Ibu Kunti yg merupakan Ibu Ratu merasa untuk memberi perintah,, Ibu Kunti pun mengatakan bahwa Vrushali ada dalam perlindungannya dan akan mengantarkan sendiri Vrushali ke Indraprasta. setelah memberikan sedikit nasehat pada Karna,, Ibu Kunti pergi diikuti Vrushali. tinggallah Karna sendiri tertegun dan bersedih,, pada saat itu pula ia melihat wajah ayahnya yang berpaling dengan kecewa,, Karna pun semakin merasa sedih dan bersalah..
Sudama adalah sahabat Krishna. Mereka bertemu ketika sama-sama mengenyam pendidikan di gurukul. Sudama merupakan putra satu-satunya dari pasangan brahmana miskin bernama Matuka dan Rocana. Ketika bersama2 menempuh pendidikan di gurukul, Krishna yang berasal dari keluarga kerajaan tidak mempedulikan asal usul Sudama dan mereka tetap saling menjaga dan saling berbagi satu dengan lainnya. Suatu ketika, saat makan siang, Krisna membawa banyak mentega dan roti pemberian ibunya yang dibawa khusus dari istana, sedangkan Sudama hanya memakan buah2an dan yang ia temukan di hutan. Krishna membagi roti dan mentega miliknya dan tidak segan2 menyuapi Sudama dengan tangannya sendiri. 

Ketika mereka sedang mencari kayu bakar di hutan, mereka tersesat dan hari semakin gelap, badai pun akan segera datang. Krishna dan Sudama memutuskan untuk beristirahat di atas pohon dan melanjutkan perjalanan esok pagi. Mereka berjaga secara bergantian, ketika hari semakin gelap, mereka pun menjadi lapar. Sudama dengan lahap menyantap makanan miliknya dan berkata "Temanku Krishna, kenapa kau tidak makan? jika kau lapar bagaimana kau bisa berjaga nanti malam?, makanlah bekal milikku ini." lalu mereka pun makan bersama. Ketika mereka selesai makan Sudama berkata "Temanku,sekarang tidurlah, aku akan berjaga di sini." dan Krishna yang sebenarnya tidak pernah merasa lapar ataupun lelah mengikuti saran sahabatnya. Badai semakin kencang dan Sudama dengan susah payah bertahan di atas pohon, ia melihat Krishna yang tubuhnya hampir terjatuh krn kencangnya angin, Sudama dengan sekuat tenaga mengikat tubuh Krishna dengan selendang miliknya agar tubuh sahabatnya itu tidak terjatuh. Hujan pun mengguyur, dengan tidak adanya selendang, tubuh Sudama basah kuyup dan perutnya pun mulai lapar. Ia melihat roti yang ada di kantung celana Krishna, dengan terpaksa ia mengambilnya dan memakannya karena lapar. Pagi pun menjelang dan badai telah berlalu. Sudama terbangun dan ia terkejut krn ia sudah tidak lagi di atas pohon, mereka telah kembali ke gurukul, ia pun tidak merasa kedinginan, lelah, ataupun basah. Ia bertanya kepada Krishna. "Sahabatku? bagaimana kita bisa sampai di sini?" lalu Krishna menjawab "Sahabahtku Sudama, aku sendiri yang menggendongmu turun dr atas pohon dan membawamu kembali ke gurukul." "mengapa engkau melakukan itu? kenapa kau tidak membangunkan ku saja?" "Oh Sudama, engkau telah berkorban untukku. Engkau mengorbankan selendangmu untuk mengikat tubuhku agar tidak jatuh, engkau mengorbankan badanmu demi diriku." "Tapi aku telah mencuri roti milikmu." "Roti itu bukanlah milikku seorang, apapun yang ada pada diriku juga merupakan milikmu. Aku begitu senang melihatmu dapat tertidur, sehingga aku menggendongmu dan membawamu ke gurukul."

Setelah masa2 gurukul berakhir, Krishna dan Sudama pun terpisah. Krishna tinggal di istana yang megah di Dwaraka, sedangkan Sudama tinggal di pinggiran kota dengan gubuk jerami miliknya. Kehidupan Sudama sebagai seorang brahmin amat sulit. Ia mengajarkan agama,dan moral kepada masyarakat secara sukarela selama bertahun2. Masyarakat perkotaan tidak banyak yang tertarik dengan keagamaan, hal ini membuat Sudama dan keluarganya semakin miskin. Sering kali ia dan istrinya mengumpulkan sisa2 gandum dan beras dari pinggiran kota seringkali krn jumlahnya tidak cukup, ia dan istrinya harus berpuasa demi memberi makan anak2 mereka. Suatu ketika, istrinya meminta ia untuk berbicara dengan Krishna dan memohon jalan keluar. Sudama mengikuti saran istrinya dan meminjam bubur beras dari tetangganya untuk di bawanya menemui Krishna.

Ketika ia sampai di Dwaraka, Sudama sangat terkejut melihat kemewahan kota tersebut. Semua tembok dihiasi oleh emas, masyarakat yang tinggal di sana sangat makmur dan bahagia. Di jalan2 tercium aroma makanan2 yang lezat, bunga2 yang harum, dan kain2 yang indah. Ketika ia tiba di pintu gerbang istana, sang penjaga memintanya untuk menunggu. Sekilas ia melihat kemewahan istana, para pelayan mengenakan pakaian yang sangat indah, ketika ia melihat pakaian yang ia kenakan, ia merasa malu, hanya pakian berlubang dan lusuh yang dapat ia kenakan, hanya itu yang ia miliki.

Ketika sang penjaga menyampaikan kepada Krishna bahwa seorang brahmana miskin yang mengaku sahabat Krishna sedang menunggu di gerbang istana, ia terkejut dan seketika terbangun dari kursinya. Krishna berlari tanpa alas kaki menjemput sahabatnya yang sedang kepanasan menunggu di gerbang istana. Dengan sangat bahagia Krishna memeluk erat sahabatnya dan membawanya masuk. Di dalam istana Krishna menempatkan Sudama di kursinya sendiri dan mencuci kaki sahabatnya dengan tangannya. Setelah itu mereka makan bersama dan Krishna serta istri2nya yang melayani Sudama. "Sahabatku Sudama, ingatkah engkau ketika aku menyuapimu?" dan Krishna pun menyuapi Sudama dengan tangannya. Melihat makanan2 mewah, Sudama menyembunyikan bubur beras miliknya yang tadinya ingin ia berikan sebagai hadiah kepada Krishna. Namun Krishna telah merebut dari tangannya dan memakannya bersama2 dengan para istrinya. "Sudama, mengapa engkau menyembunyikan makanan lezat dari diriku? bubur beras ini adalah makanan paling enak yang pernah aku makan.". Setelah itu mereka berjalan2 di sekitar istana dan membicarakan kenangan2 selama di gurukul. Krishna meminta Sudama untuk tinggal selama beberapa hari dan memberikan tempat tidur miliknya untuk ditempati oleh Sudama.

Selama di sana Sudama meras bingung untuk mengutarakan masalahnya. Beberapa kali ia mencoba untuk mengatakannya namun ia menariknya kembali. Ketika saat nya ia pulang, Krishna kembali memeluk erat sahabatnya dan membekalkan banyak makanan kepadanya. Ketika Sudama kembali, ia sangat terkejut karena gubuk miliknya telah hilang dan berganti dengan istana yang megah. Istri dan anak2nya mengenakan pakaian yang mewah dan indah. Ia juga memiliki 200 ekor sapi sekarang. "Suamiku, syukurlah engkau sudah pulang. Lihat apa yang diberikan Krishna untuk kita. Pesanmu kepadanya pasti telah tersampaikan dengan baik sehingga ia mengetahui apa yang kita butuhkan." Padahal selama di Dwaraka, Sudama sama sekali tidak menceritakan sedikitpun kemiskinan yang ia hadapi dan berbagai permasalahan tentang dirinya. Namun Krishna adalah Krishna, tanpa mengutarakan sedikitpun ia mengetahui segalanya, dan kasih sayang serta persahabatan yang telah diberikan Sudama kepadanya dibalas oleh Krishna dengan memberikan apa yang Sudama butuhkan.

Moral Cerita :

Persahabatan antara Sudama dan Krishna mengajarkan kita bagaimana seharusnya bersikap antara sesama sahabat. Silsilah keluarga, pendapatan ekonomi, kemampuan, pengalaman, maupun fisik seharusnya tidak menghalangi hubungan saling mengasihi antara sahabat. Pengorbanan yang diberikan Sudama kepada Krishna begitu tulus sehingga Krishna pun tidak lupa untuk membalasnya. Pelayanan penuh kasih yang dilakukan Krishna, membuat Sudama tidak ingin membebani Krishna dengan masalahnya. Walaupun ia tahu Krishna akan memberikan apapun yang ia minta dan itupun masih tidak mengurangi kekayaan yang ia miliki. Dengan setiap butir bubur beras yang Krishna makan pemberian seadanya dari Sudama, Krishna mengembalikannya berkali-kali lipat sesuai dengan yang dibutuhkan.

Persahabatan Sudama Krishna sangat berbeda dengan Drona dan Drupada. Drupada yang angkuh tidak mau mengakui sahabatnya yang miskin. Janji2 Drupada yang ia ucapkan kepada Drona semata2 untuk membeli perhatian Drona dimana ia adalah anak dari guru yang mengajarkan Drupada. Drona juga buta oleh janji2 Drupada sehingga membuatnya terbakar oleh kemarahan ketika janji2 itu tidak ditepati.

Persahabatan seharusnya terbebas dari janji dan materi. Persahabatan yang abadi adalah persahabatan yang didasari kasih sayang, pengorbanan, pengabdian,dan ketulusan hati. Berikanlah apapun kepada sahabatmu dan jangan mengharapkan balasan darinya, karena persahabatan yang abadi terbebas dari ikatan material.

di pintu gerbang Indraprasta,, Krisna dan 4 Pandawa bertemu dengan Karna dan Vrushali yg baru saja tiba. setelah memberikan salam Arjuna menanyakan maksud kedatangan Karna,, Karna menjelaskan bahwa ia ingin mengantas Vrushali yg merupakan rakyat Hastinapura. namun kemudian Nakula Bima dan Sadewa mempertanyakan kebijakan Hastinapura yg telah melarang Ibu Kunti dan rakyat Hastinapura untuk datang ke acara penobatan Indraprasta. Karna menjelaskan bahwa itu adalah kebijakan dari Duryudana untuk menciptakan ketertiban di Hastinapura. Arjuna pun membalas dengan melontarkan sindiran bahwa Karna hanya merupakan bayang-bayang Duryudana. Karna menjadi tersinggung dan mengajak Arjuna untuk adu kekuatan. keadaan menjadi panas dengan kedua kubu mulai angkat senjata. Krisna yg sedaritadi menyaksikan berusaha menengahi dengan mengingatkan bahwa Karna merupakan tamu kerajaan dan Pandawa seharusnya menyambutnya dengan baik. Karna menolak untuk disambut karena misinya hanyalah untuk mengantarkan Vrushali ke Indraprasta dengan selamat dan untuk menyampaikan pesan Ibu Kunti kepada Pandawa yaitu bahwa Ibu Kunti tidak akan memasuki Indraprasta sebelum Indraprasta memiliki benderanya sendiri. Pandawa tidak percaya begitu saja apa yg disampaikan Karna,, karena Pandawa menganggap Karna adalah mata-mata Duryudana. namun Karna menolak dikatakan mata-mata karena ia hanya menjadi teman bagi Duryudana yg selalu siap melindungi Duryudana. Krisna pun memberikan keyakinan bagi Pandawa bahwa apa yg di katakan Karna adalah yg sebenarnya hingga Pandawa pun percaya. setelah melaksanakan misinya, Karna hendak pergi. saat berpamitan dengan Vrushali,, mata Vrushali terlihat berkaca-kaca,, wajahnya menyiratkan keengganan untuk berpisah. seperti mengetahui isi hati Vrushali,, Krisna menghampirinya dan menyarankan Vrushali untuk mengejar Karna. awalnya Vrushali sempat bimbang,, namun setelah diyakinkan oleh Krisna,, Vrushali bergegas mengejar Karna sebelum ia semakin jauh. Karna sedang berjalan di tengah padang bunga saat Vrushali berhasil mengejarnya. Vrushali mengatakan bahwa Karna belum memberinya sedekah. namun Karna mengatakan bahwa ia tidak lagi memiliki apa2 untuk disedekahkan. Vrushali menjawab bahwa yg ingin dimilikinya adalah apa yg tersisa pada diri Karna saat ini,, yaitu persahabatan. Karna berkata pada Vrushali bahwa hidup bersamanya akan menjadi sulit dan Vrushali segera menjawab bahwa dengan bersama Karna hidup sulit pun akan menjadi mudah. setelah terdiam agak lama Karna akhirnya memberikan persetujuan,, mendengar jawaban ini Vrushali merasa bahagia hingga meneteskan air mata. mereka pun berjalan menuju Hastinapura.
jauh di belakang mereka,, di depan gerbang Indraprasta,, Pandawa terkesan dengan sikap ksatria Karna.
di Hastinapura,, Sengkuni dan Duryudan memanggil raja ular Taksaka melalui ramuan ajaib. mereka menyusun rencana jahat untuk menggagalkan penobatan kerajaan Indraprasta dengan menyabotase pengiriman 1 lakh sapi ke Indraprasta yang akan dilakukan oleh Taksaka.
di tengah perjalanan pengiriman 1 lakh sapi menuju Indraprasta,, Taksaka menjalankan misinya dalam hutan. pengawal yg berhasil menyelamatkan diri pergi ke Indraprasta untuk melapor. mengetahui hal ini Arjuna dan Sadewa pun menyusun rencana untuk menyelamatkan sapi2 dan mempertahankan kota.
Kisah Mahabharata diawali dengan pertemuan Raja Duswanta dengan Sakuntala. Raja Duswanta adalah seorang raja besar dari Chandrawangsa keturunan Yayati, menikahi Sakuntala dari pertapaan Bagawan Kanwa, kemudian menurunkan Sang Bharata. Sang Bharata menurunkan Sang Hasti, yang kemudian mendirikan sebuah pusat pemerintahan bernama Hastinapura. Sang Hasti menurunkan Para Raja Hastinapura. Dari keluarga tersebut, lahirlah Sang Kuru, yang menguasai dan menyucikan sebuah daerah luas yang disebut Kurukshetra. Sang Kuru menurunkan Dinasti Kuru atau Wangsa Kaurawa. Dalam Dinasti tersebut, lahirlah Pratipa, yang menjadi ayah Prabu Santanu, leluhur Pandawa dan Kurawa.

Prabu Santanu adalah seorang raja mahsyur dari garis keturunan Sang Kuru, berasal dari Hastinapura. Ia menikah dengan Dewi Gangga yang dikutuk agar turun ke dunia, namun Dewi Gangga meninggalkannya karena Sang Prabu melanggar janji pernikahan. Hubungan Sang Prabu dengan Dewi Gangga sempat membuahkan 7 anak, akan tetapi semua ditenggelamkan ke laut Gangga oleh Dewi Gangga dengan alasan semua sudah terkena kutukan. Akan tetapi kemudian anak ke 8 bisa diselamatkan oleh Prabu Santanu yang diberi nama Dewabrata. Kemudian Dewi Ganggapun pergi meninggalkan Prabu Santanu. Nama Dewabrata diganti menjadi Bisma karena ia melakukan ,yaitu sumpah untuk membujang selamanya dan tidak akan mewarisi tahta ayahnya. Hal itu dikarenakan Bisma tidak ingin dia dan keturunannya berselisih dengan keturunan Satyawati, ibu tirinya.

Setelah ditinggal Dewi Gangga, akhirnya Prabu Santanu menjadi duda. Beberapa tahun kemudian, Prabu Santanu melanjutkan kehidupan berumah tangga dengan menikahi Dewi Satyawati, puteri nelayan. Dari hubungannya, Sang Prabu berputera Sang Citrānggada dan Wicitrawirya. Demi kebahagiaan adik-adiknya, ia pergi ke Kerajaan Kasi dan memenangkan sayembara sehingga berhasil membawa pulang tiga orang puteri bernama Amba, Ambika, dan Ambalika, untuk dinikahkan kepada adik-adiknya. Karena Citrānggada wafat, maka Ambika dan Ambalika menikah dengan Wicitrawirya sedangkan Amba mencintai Bisma namun Bisma menolak cintanya karena terikat oleh sumpah bahwa ia tidak akan kawin seumur hidup. Demi usaha untuk menjauhkan Amba dari dirinya, tanpa sengaja ia menembakkan panah menembus dada Amba. Atas kematian itu, Bisma diberitahu bahwa kelak Amba bereinkarnasi menjadi seorang pangeran yang memiliki sifat kewanitaan, yaitu putera Raja Drupada yang bernama Srikandi. Kelak kematiannya juga berada di tangan Srikandi yang membantu Arjuna dalam pertempuran akbar di Kurukshetra.


Citrānggada wafat di usia muda dalam suatu pertempuran, kemudian ia digantikan oleh adiknya yaitu Wicitrawirya. Wicitrawirya juga wafat di usia muda dan belum sempat memiliki keturunan. Satyawati mengirim kedua istri Wicitrawirya, yaitu Ambika dan Ambalika, untuk menemui Resi Byasa, sebab Sang Resi dipanggil untuk mengadakan suatu upacara bagi mereka agar memperoleh keturunan. Satyawati menyuruh Ambika agar menemui Resi Byasa di ruang upacara. Setelah Ambika memasuki ruangan upacara, ia melihat wajah Sang Resi sangat dahsyat dengan mata yang menyala-nyala. Hal itu membuatnya menutup mata. Karena Ambika menutup mata selama upacara berlangsung, maka anaknya terlahir buta. Anak tersebut adalah Drestarastra. Kemudian Ambalika disuruh oleh Satyawati untuk mengunjungi Byasa ke dalam sebuah kamar sendirian, dan di sana ia akan diberi anugerah. Ia juga disuruh agar terus membuka matanya supaya jangan melahirkan putra yang buta (Drestarastra) seperti yang telah dilakukan Ambika. Maka dari itu, Ambalika terus membuka matanya namun ia menjadi pucat setelah melihat rupa Sang Bagawan (Byasa) yang luar biasa. Maka dari itu, Pandu (putranya), ayah para Pandawa, terlahir pucat. Drestarastra dan Pandu mempunyai saudara tiri yang bernama Widura. Widura merupakan anak dari Resi Byasa dengan seorang dayang Satyawati yang bernama Datri. Pada saat upacara dilangsungkan dia lari keluar kamar dan akhirnya terjatuh sehingga Widura pun lahir dengan kondisi pincang kakinya.


Dikarenakan Drestarastra terlahir buta maka tahta Hastinapura diberikan kepada Pandu. Pandu menikahi Kunti kemudian Pandu menikah untuk yang kedua kalinya dengan Madrim, namun akibat kesalahan Pandu pada saat memanah seekor kijang yang sedang kasmaran, maka kijang tersebut mengeluarkan kutukan bahwa Pandu tidak akan merasakan lagi hubungan suami istri, dan bila dilakukannya, maka Pandu akan mengalami ajal. Kijang tersebut kemudian mati dengan berubah menjadi wujud aslinya yaitu seorang pendeta. Kemudian karena mengalami kejadian buruk seperti itu, Pandu lalu mengajak kedua istrinya untuk bermohon kepada Hyang Maha Kuasa agar dapat diberikan anak. Atas bantuan mantra Adityahredaya yang pernah diberikan oleh Resi Byasa maka Dewi Kunti bias memanggil para dewa untuk kemudian mendapatkan putra. Pertama kali mencoba mantra tersebut datanglah Batara Surya, tak lama kemudian Kunti mengandung dan melahirkan seorang anak yang kemudian diberi nama Karna. Tetapi Karna kemudian dilarung kelaut dan dirawat oleh Kurawa, sehingga nanti pada saat perang Bharatayudha, Karna memihak kepada Kurawa. Kemudian atas permintaan Pandu, Kunti mencoba mantra itu lagi, Batara Guru mengirimkan Batara Dharma untuk membuahi Dewi Kunti sehingga lahir anak yang pertama yaitu Yudistira, setahun kemudian Batara Bayu dikirim juga untuk membuahi Dewi Kunti sehingga lahirlah Bima, Batara Guru juga mengutus Batara Indra untuk membuahi Dewi Kunti sehingga lahirlah Arjuna dan yang terakhir Batara Aswan dan Aswin dikirimkan untuk membuahi Dewi Madrim, dan lahirlah Nakula dan Sadewa. Kelima putera Pandu tersebut dikenal sebagai Pandawa. Dretarastra yang buta menikahi Dewi Gandari, dan memiliki sembilan puluh sembilan orang putera dan seorang puteri yang dikenal dengan istilah Kurawa.


Pandawa dan Kurawa merupakan dua kelompok dengan sifat yang berbeda namun berasal dari leluhur yang sama, yakni Kuru dan Bharata. Kurawa (khususnya Duryudana) bersifat licik dan selalu iri hati dengan kelebihan Pandawa, sedangkan Pandawa bersifat tenang dan selalu bersabar ketika ditindas oleh sepupu mereka. Ayah para Kurawa, yaitu Drestarastra, sangat menyayangi putera-puteranya. Hal itu membuat ia sering dihasut oleh iparnya yaitu Sengkuni, beserta putera kesayangannya yaitu Duryudana, agar mau mengizinkannya melakukan rencana jahat menyingkirkan para Pandawa

Pada suatu ketika, Duryudana mengundang Kunti dan para Pandawa untuk liburan. Di sana mereka menginap di sebuah rumah yang sudah disediakan oleh Duryudana. Pada malam hari, rumah itu dibakar. Namun para Pandawa bisa diselamatkan oleh Bima yang telah diberitahu oleh Widura akan kelicikan Kurawa sehingga mereka tidak terbakar hidup-hidup dalam rumah tersebut. Usai menyelamatkan diri, Pandawa dan Kunti masuk hutan. Di hutan tersebut Bima bertemu dengan raksasa Hidimba dan membunuhnya, lalu menikahi adiknya, yaitu raseksi Hidimbi atau Arimbi. Dari pernikahan tersebut, lahirlah Gatotkaca.


Setelah melewati hutan rimba, Pandawa melewati Kerajaan Pancala. Di sana tersiar kabar bahwa Raja Drupada menyelenggarakan sayembara memperebutkan Dewi Drupadi. Adipati Karna mengikuti sayembara tersebut, tetapi ditolak oleh Drupadi. Pandawa pun turut serta menghadiri sayembara itu, namun mereka berpakaian seperti kaum brahmana.


Pandawa ikut sayembara untuk memenangkan lima macam sayembara, Yudistira untuk memenangkan sayembara filsafat dan tatanegara, Arjuna untuk memenangkan sayembara senjata Panah, Bima memenangkan sayembara Gada dan Nakula - Sadewa untuk memenangkan sayembara senjata Pedang. Pandawa berhasil melakukannya dengan baik untuk memenangkan sayembara.

Drupadi harus menerima Pandawa sebagai suami-suaminya karena sesuai janjinya siapa yang dapat memenangkan sayembara yang dibuatnya itu akan jadi suaminya walau menyimpang dari keinginannya yaitu sebenarnya yang diinginkan hanya seorang Satriya.


Setelah itu perkelahian terjadi karena para hadirin menggerutu sebab kaum brahmana tidak selayaknya mengikuti sayembara. Pandawa berkelahi kemudian meloloskan diri. sesampainya di rumah, mereka berkata kepada ibunya bahwa mereka datang membawa hasil meminta-minta. Ibu mereka pun menyuruh agar hasil tersebut dibagi rata untuk seluruh saudaranya. Namun, betapa terkejutnya ia saat melihat bahwa anak-anaknya tidak hanya membawa hasil meminta-minta, namun juga seorang wanita.


Agar tidak terjadi pertempuran sengit, Kerajaan Kuru dibagi dua untuk dibagi kepada Pandawa dan Kurawa. Kurawa memerintah Kerajaan Kuru induk (pusat) dengan ibukota Hastinapura, sementara Pandawa memerintah Kerajaan Kurujanggala dengan ibukota Indraprastha. Baik Hastinapura maupun Indraprastha memiliki istana megah, dan di sanalah Duryudana tercebur ke dalam kolam yang ia kira sebagai lantai, sehingga dirinya menjadi bahan ejekan bagi Drupadi. Hal tersebut membuatnya bertambah marah kepada para Pandawa.

Untuk merebut kekayaan dan kerajaan Yudistira, Duryudana mengundang Yudistira untuk main dadu, ini atas ide dari Arya Sengkuni. Pada saat permainan dadu, Duryudana diwakili oleh Sengkuni sebagai bandar dadu yang memiliki kesaktian untuk berbuat curang. Permulaan permainan taruhan senjata perang, taruhan pemainan terus meningkat menjadi taruhan harta kerajaan, selanjutnya prajurit dipertaruhkan, dan sampai pada puncak permainan Kerajaan menjadi taruhan, Pandawa kalah habislah semua harta dan kerajaan Pandawa termasuk saudara juga dipertaruhkan dan yang terakhir istrinya Drupadi dijadikan taruhan. Akhirnya Yudistira kalah dan Drupadi diminta untuk hadir di arena judi karena sudah menjadi milik Duryudana. Duryudana mengutus para pengawalnya untuk menjemput Drupadi, namun Drupadi menolak. Setelah gagal, Duryudana menyuruh Dursasana, adiknya, untuk menjemput Drupadi. Drupadi yang menolak untuk datang, diseret oleh Dursasana yang tidak memiliki rasa kemanusiaan. Rambutnya ditarik sampai ke arena judi, tempat suami dan para iparnya berkumpul. Karena sudah kalah, Yudistira dan seluruh adiknya diminta untuk menanggalkan bajunya, namun Drupadi menolak. Dursasana yang berwatak kasar, menarik kain yang dipakai Drupadi, namun kain tersebut terulur-ulur terus dan tak habis-habis karena mendapat kekuatan gaib dari Sri Kresna yang melihat Dropadi dalam bahaya. Pertolongan Sri Kresna disebabkan karena perbuatan Dropadi yang membalut luka Sri Kresna pada saat upacara Rajasuya di Indraprastha.


Drupadi yang merasa malu dan tersinggung oleh sikap Dursasana bersumpah tidak akan menggelung rambutnya sebelum dikramasi dengan darah Dursasana. Bima pun bersumpah akan membunuh Dursasana dan meminum darahnya kelak. Setelah mengucapkan sumpah tersebut, Drestarastra merasa bahwa malapetaka akan menimpa keturunannya, maka ia mengembalikan segala harta Yudistira yang dijadikan taruhan.

Duryudana yang merasa kecewa karena Drestarastra telah mengembalikan semua harta yang sebenarnya akan menjadi miliknya, menyelenggarakan permainan dadu untuk yang kedua kalinya. Kali ini, siapa yang kalah harus mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun, setelah itu hidup dalam masa penyamaran selama setahun, dan setelah itu berhak kembali lagi ke kerajaannya. Untuk yang kedua kalinya, Yudistira mengikuti permainan tersebut dan sekali lagi ia kalah. Karena kekalahan tersebut, Pandawa terpaksa meninggalkan kerajaan mereka selama 12 tahun dan hidup dalam masa penyamaran selama setahun.


Setelah masa pengasingan habis dan sesuai dengan perjanjian yang sah, Pandawa berhak untuk mengambil alih kembali kerajaan yang dipimpin Duryudana. Namun Duryudana bersifat jahat. Ia tidak mau menyerahkan kerajaan kepada Pandawa, walau seluas ujung jarum pun. Hal itu membuat kesabaran Pandawa habis. Misi damai dilakukan oleh Sri Kresna, namun berkali-kali gagal. Akhirnya, pertempuran tidak dapat dielakkan lagi.
Pandawa berusaha mencari sekutu dan ia mendapat bantuan pasukan dari Kerajaan Kekaya, Kerajaan Matsya, Kerajaan Pandya, Kerajaan Chola, Kerajaan Kerala, Kerajaan Magadha, Wangsa Yadawa, Kerajaan Dwaraka, dan masih banyak lagi. Selain itu para ksatria besar di Bharatawarsha seperti misalnya Drupada, Setyaki, Drestadjumna, Srikandi, Wirata, dan lain-lain ikut memihak Pandawa. Sementara itu Duryudana meminta Bisma untuk memimpin pasukan Kurawa sekaligus mengangkatnya sebagai panglima tertinggi pasukan Kurawa. Kurawa dibantu oleh Resi Dorna dan putranya Aswatama, kakak ipar para Kurawa yaitu Jayadrata, serta guru Krepa, Kertawarma, Salya, Sudaksina, Burisrawa, Bahlika, Sengkuni, Karna, dan masih banyak lagi.


Pertempuran berlangsung selama 18 hari penuh. Dalam pertempuran itu, banyak ksatria yang gugur, seperti misalnya Abimanyu, Durna, Karna, Bisma, Gatotkaca, Irawan, Raja Wirata dan puteranya, Bhagadatta, Susharma, Sengkuni, dan masih banyak lagi. Selama 18 hari tersebut dipenuhi oleh pertumpahan darah dan pembantaian yang mengenaskan. Pada akhir hari kedelapan belas, hanya sepuluh ksatria yang bertahan hidup dari pertempuran, mereka adalah: Lima Pandawa, Yuyutsu, Setyaki, Aswatama, Krepa dan Kertawarma. (Nanti diceritakan dalam kisah Bharatayudha)

Setelah perang berakhir, Yudistira dinobatkan sebagai Raja Hastinapura. Setelah memerintah selama beberapa lama, ia menyerahkan tahta kepada cucu Arjuna, yaitu Parikesit. Kemudian, Yudistira bersama Pandawa dan Drupadi mendaki gunung Himalaya sebagai tujuan akhir perjalanan mereka. Di sana mereka meninggal dan mencapai surga. (Diceritakan dalam kisah Pandawa Seda)


Parikesit memerintah Kerajaan Kuru dengan adil dan bijaksana. Ia menikahi Madrawati dan memiliki putera bernama Janamejaya. Janamejaya menikahi Wapushtama (Bhamustiman) dan memiliki putera bernama Satanika. Satanika berputera Aswamedhadatta. Aswamedhadatta dan keturunannya kemudian memimpin Kerajaan Wangsa Kuru di Hastinapura. (Diceritakan dalam kisah Parikesit)
Ada banyak yang berpikir bahwa kisah Mahabharata itu DONGENG. Avatar Sai Baba pernah mengatakan tanggal, bulan , tahun dan jam Krishna lahir…Bahkan sewaktu perang di Kurukshetra, Sai Baba mengatakan Krishna berusia lebih dari 100 tahun dan Arjuna lebih dari 80 tahun.
Siapakah ksatria terhebat di dunia frends? Apakah Genghis Khan atau Hitler? Prabowo? Napoleon? TIDAK….Ksatria itu juga bukan ARJUNA atau KARNA…Dia adalah putra ARJUNA & SUBADRA yang bernama ABIMANYU.
Abimanyu terdiri dari dua kata Sanskerta, yaitu abhi (berani) dan man'yu (tabiat). Dalam bahasa Sanskerta, kata Abhiman'yu berarti "ia yang memiliki sifat tak kenal takut" atau "yang bersifat kepahlawanan".
Riwayatnya dituturkan sebagai pahlawan yang tragis. Ia gugur dalam pertempuran besar di Kurukshetra sebagai salah satu kesatria termuda dari pihak Pandawa, karena baru berusia 16 ( enam belas ) tahun. Abimanyu menikah dengan Utara, putri Raja Wirata dan memiliki seorang putra bernama Parikesit, yang lahir tak lama setelah Abimanyu gugur.
Kenapa CSK menobatkan ABIMANYU?
Pada pertempuran di hari ketiga belas, pihak Korawa membuat formasi perang melingkar yang dikenal sebagai Cakrawyuha, f ormasi Cakravyuha.
Arjun dan Krishna harus berangkat ke Virat nagar untuk mengatasi sena dari Susharma dan sisanya melanjutkan untuk medan perang hari itu. Sejak Arjun belum juga pulang, Abimanyu memutuskan untuk masuk chakravyuha dan memecahkannya. Pandawa lainnya memutuskan untuk mengikuti Abimanyu karena tidak satupun dari mereka tahu bagaimana untuk masuk dan keluar kemudian.
Sebelum bertempur, Dropadi memberi Abimanyu raksha kawach (gelang keberuntungan) yang diberkati oleh Dropadi rupanya terjatuh di tanah tanpa diketahui Abimanyu. Tabib kemudian mengatakan bahwa istri Abimanyu, Uttara hamil.
Sebelum berita kehamilan Uttara mencapai Abimanyu, Abimanyu teah menggunakan kelihaiannya untuk menembus formasi tersebut.
Jayadrata, Raja Sindhu menghentikan Pandawa memasuki chakravyuha tersebut. Pandawa gagal untuk mengalahkan Jayadrata karena ia diberikan anugerah Mahadewa —kecuali Arjuna—hanya untuk satu hari. Mereka meminta Abimanyu untuk keluar dari Chakravyuha tersebut.
Namun, Abimanyu bergerak ke pusat Chakravyuha tersebut. Abimanyu berjuang sendirian dalam menghadapi serangan pasukan Kurawa.
Ashwathama, Dushyasan dan Sakuni menyerang Abimanyu, tapi ia berhasil membela diri. Duryodhana meminta Dronacharya dan Karna untuk mengangkat senjata melawan Abimanyu. Dia memerintahkan Karna untuk menyiksa Abimanyu sampai mati.
Karna menghancurkan busur Abimanyu. Tanpa menghiraukan aturan perang, 6 ksatria yang juga paman dan kerabat Abimanyu : Guru Drona, Karna, Dursasana, Aswathama, Sakuni, Duryudhana menyerang Abimanyu secara serentak ( main KEROYOK ). Abimanyu mampu bertahan sampai pedangnya patah dan roda kereta yang ia pakai sebagai perisai hancur berkeping-keping.
Abimanyu TIDAK MENYERAH, menunjukkan keberaniannya yang LUAR BIASA meski terkena panah Karna dan Drona, pisau Sakuni, gada Duryudhana,Dusasana dan Aswathama ia bertahan hingga MATAHARI TERBENAM.
Duryudhana meminta Abimanyu memohon padanya untuk segera mengakhiri hidup daripada disiksa terus oleh mereka. Abimanyu tidak melakukannya dan tidak gentar sedikitpun atas penyiksaaan mereka terhadap tubuhnya dan melawan hingga tetes darah terakhir.
Karna akhirnya mengambil inisiatif sendiri membunuh Abimanyu dengan pedang, untuk menghilangkan dari rasa sakit Abimanyu yang lebih lanjut.
Belum pernah ada ksatria yg mampu bertahan hidup dengan penyiksaan selama itu ,mampu melawan dan membalas serangan 6 ksatria Kuru sekaligus. Kebanyakan menyerah dan memohon ampunan